Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Senin, 30 September 2013

Analisis Pengertian Wacana


Kridalaksana (2009: 259)
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku seri, ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap.
Wacana dipandang sebagai satuan bahasa terlengkap, bentuknya bisa berupa karangan utuh, paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap. Kridalaksana sudah memberikan batasan wacana  dari satuan bahasa, pokok bahasan, tapi pada definisi tersebut, Kridalaksana tak menambahkan konsep konteks.
Wahab (1991:128) wacana adalah organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa.
Wacana dipandang sebagai satuan bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa. Padahal wacana belum tentu berwujud rangkaian kalimat. Wacana dapat berupa satuan bahasa bermakna yang memiliki konteks dan menyampaikan gagasan.
Crystal (1985), wacana berarti rangkaian sinambung kalimat yang lebih luas daripada kalimat.
Wacana tidak berupa satuan bahasa yang lebih luas dari kalimat karena wacana terdiri atas satuan bahasa bermakna yang memiliki konteks dan menyampaikan gagasan.
Kinneavy (dalam Supardo 1988:55), wacana adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik dengan cara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan.
Definisi wacana menurut Kinneavy, wacana terdiri atas satuan bahasa berupa rangkaian kalimat yang saling berkaitan. Padahal wacana tidak harus berupa rangkaian kalimat, wacana dapat berupa satuan bahasa bermakna yang memiliki konteks dan mengandung gagasan.
Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.
Definisi wacana menurut Alwi, wacana hanya tentang hubungan antara proposisi satu dan proposisi lain. Ia juga berpendapat bahwa wacana terdiri atas sederetan kalimat yang berkaitan padahal wacana belum tentu terdiri atas kalimat-kalimat. Wacana bisa juga berupa satuan bahasa bermakna seperti kata yang memiliki konteks serta menyampaikan suatu gagasan.
Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
Menurut Fatimah, wacana terbentuk dari serentetan kalimat yang berkaitan satu sama lain dan mengandung pernyataan. Padahal wacana tidak harus terbentuk dari serentetan kalimat, wacana dapat terbentuk dari satuan bahasa bermakna (contohnya kata) yang memiliki konteks dan mengandung gagasan.
  I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31) menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap.
Berdasarkan pengertian wacana menurut Oka dan Suparno, wacana terdiri atas satuan bahasa apa pun yang memiliki amanat atau gagasan. Defines wacana ini kurang lengkap karena tidak disebutkan konteks, padahal konteks berperan penting dalam membentuk sebuah wacana. Satuan bahasa bermakna dapat membentuk wacana bila disertai konteks dan mengandung gagasan.

Jadi, menurut saya wacana merupakan satuan bahasa bermakna yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, mengandung konteks serta menimbulkan gagasan.

Sumber:
Crystal, David. 1985. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. New York: Basil Blackwell.
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan antar Unsur. Bandung: Eresco.
Hasan Alwi, et.al. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Oka, I.G.D dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud.
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia dalam Konteks. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Wahab, Abdul. 1991. “Peranan Analisis Wacana dalam Pengajaran Keterampilan Bahasa” dalam Isu Linguistik: Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press.