A.
Pengertian Sintaksis
Istilah
sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda Syntaxis. Dalam
bahasa Inggris digunakan istilah syntax.
Menurut
Harimurti Kridalaksana sintaksis adalah (1) pengaturan dan hubungan antara kata
dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara
satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa, (2) subsistem bahasa yang
mencakup hal tersebut (sering dianggap bagaian dari gramatika; bagian lain
ialah morfologi), (3) cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut (2001:
199).
Sintaksis ialah
bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frase berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata
dan morfem (Ramlan, 1987: 21).
Sedangkan sesuai
dengan asal-usul kata sintaksis yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun ’dengan’
dan kata tattein ’menempatkan’. Sehingga secara etimologi sintaksis
berarti menempatkan bersama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat
(Chaer, 2007: 206).
Menurut Verhaar
(2001: 161) sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan
antar-kata dalam tuturan.
Sintaksis adalah
studi penghimpunan dan tautan timbal balik antara kata-kata, frasa-frasa,
klausa-klausa dalam kalimat (Chaedar Alwasilah, 1983: 105).
B.
Medan Telaah Sintaksis
Medan
telaah sintaksis meliputi :
1.
pengertian
sintaksis
2.
alat
sintaksis
3.
proses
pembentukan satuan sintaksis
4.
unsur-unsur
pembentuk satuan sintaksis
5.
fungsi
sintaksis
6.
kategori
satuan sintaksis
7.
peran
semantic (pengalam, penerima, pelaku)
8.
hubungan
antarunsur pembentuk satuan sintaksis
9.
vocal
yang terdiri atas dua taksonomi yakni endovoice
dan eksovoice
1.
Pengertian
Sintaksis
Sintaksis adalah cabang linguistik
tentang seluk-beluk frasa, klausa, kalimat.
2.
Alat Sintaksis
Alat-alat sintaksis
adalah alat-alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi kelompok dengan struktur
tertentu. Adapun yang dimaksudkan dengan struktur adalah hubungan setara dan
bertingkat dari kelompok tersebut.
a.
Bentuk kata
Bentuk kata terdiri atas kata dasar dan
kata turunan. Contoh : baju adalah
kata dasar kemudian kata turunannnya adalah berbaju.
Kata baju dan berbaju memiliki makna yang berbeda sehingga
mengakibatkan perbedaan makna.
b.
Intonasi
Intonasi adalah pola perubahan nada yang
dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya.
(Kridalaksana dalam Baehaqie, 2008 : 10).
Sebuah kalimat
dengan unsur-unsur segmental yang sama jika diberi intonasi yang berbeda akan
berbeda pula maknanya, misalnya kalimat Aku sedang makan, dengan
intonasi deklaratif menjadi kalimat bermodus deklaratif (yang dalam bahasa
tulis ditandai dengan tanda titik); dengan intonasi interogatif menjadi kalimat
interogatif (yang dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda tanya); dan bila
diberi intonasi interjektif akan menjadi kalimat interjektif (yang dalam bahasa
tulis ditandai dengan tanda seru).
Batas antara
subyek dan predikat dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai dengan intonasi
berupa nada naik dan tekanan. Oleh karena itu, kalau susunan kalimat yang
berbunyi Bapak ibu saya pergi ke Surabaya diberi tekanan sebagai batas
subyek dan predikat pada tempat yang berbeda, maka kalimat tersebut akan
memiliki makna gramatikal yang berbeda. Bandingkanlah makna konstruksi contoh
kalimat berikut:
a) Bapak /
ibu saya pergi ke Surabaya.
b) Bapak /
ibu / saya / pergi ke Surabaya.
c) Bapak ibu
/ saya pergi ke Surabaya.
Keterangan:
/ = batas subyek predikat
// = batas
klausa
c.
Kata
Tugas
Kata tugas diposisikan dengan kata
penuh, yaitu kata yang mempunyai makna leksikal penuh yang bebas. Misalnya rumah, angin, arang, malaikat, dsb. Yang
berlainan penuh yang bebas, misalnya di,
yang, para, dsb (Kridalaksana dalam Baehaqie, 2008 : 12)..
Jadi menurut saya, kata tugas adalah golongan kata yang memiliki bentuk bebas (tidak
terikat dengan satuan lain) dan tidak memiliki makna leksikal, maknanya akan
jelas apabila digunakan dalam konstruksi sintaksis.
Ciri kata tugas menurut
Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2007):
1)
Jumlahnya terbatas
2)
Keanggotannya bersifat tertutup
3)
Dapat dikuasai oleh pemakai bahasa
dengan cara menghafal
4)
Pada umumnya tidak dapat mengalami
proses morfologis
5)
Tidak memiliki makna leksikal
6)
Dapat digunakan dalam wacana apapun
d.
Urutan
Dalam bahasa Indonesia, urutan yang
berbeda menyebabkan satuan itu gramatik atau tidak, terasa nyaman didengar atau
tidak, dan mudah dipahami atau tidak. Di samping itu, urutan kata juga
berpotensi sebagai pembentuk variasi kalimat. Contoh:
Saya Menyuapi adik.
Saya Menyuapi adik.
Adik menyuapi saya.
3.
Proses
Pembentukan Satuan Sintaksis
Proses pembentukan satuan sintaksis
merupakan mekanisme terbentuknya unsure pembentuk satuan sintaksis.
4.
Unsur-unsur
Pembentuk Satuan Sintaksis
a.
Unsur
Pembentuk Frasa
Menurut Chaer (2007) Frasa lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi satah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Contoh:
(1)
Saya
sedang menulis puisi cinta
Dalam kalimat (1) terdiri atas dua frasa
yaitu sedang menulis dan puisi cinta.
b.
Unsur
Pembentuk Klausa
Kalusa adalah satuan gramatikal yang
memiliki tataran di atas dan di bawah kalimat. Klausa berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan memiliki potensi untuk
menjadi kalimat (Kridalaksana dalam Baehaqie, 2008:28).
Contoh:
(1)
Istrinya
datang membawa kado
Dalam kalimat (1) terdiri atasdua klausa
yaitu istrinya datang dan membawa kado.
c.
Unsur
Pembentuk Kalimat
Ramlan (1987) mengatakan : “kalimat adalah satuan gramatik
yang dibatasi adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik”.
Kalimat merupakan satuan atau deretan kata-kata yang memiliki intonasi tertentu
sebagai pemarkah keseluruhannya dan secara ortografi biasanya diakhiri tanda
titik atau tanda akhir lain yang sesuai.
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap. Dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase, dan klausa) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi
bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final yang ada
yang memberi ciri kalimat ada tiga buah, yaitu intonasi deklaratif, intonasi
interogratif (?) dan intonasi seru (!)
5.
Fungsi
Sintaksis
Fungsi sintaksis adalah tataran yang
pertama, tertinggi, dan yang paling abstrak terdiri atas subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan. Sebuah fungsi tidak dapat berdiri sendiri
tanpa adanya hubungan dengan fungsi yang lain. Fungsi-fungsi sintaksis
meliputi:
1)
Subjek
dan jenisnya
2)
Predikat
dan jenisnya
3)
Objek
dan jenisnya
4)
Keterangan
dan jenisnya
5)
Pelengkap
dan jenisnya
6.
Kategori
Satuan Sintaksis
Kridalaksana (dalam Baehaqie, 2008: 66)
ada empat prinsip pengategorian kata. (1) dari sudut sintaksis adanya
kelas-kelas tertentu dalam suatu bahasa terkait erat dengan keanggotaan sebuah
kata dalam gatra tertentu; kriteria sintaksis (didukung kriteria morfologis);
(3) kategorisasi kata hendaknya dilakukan secara tuntas. Dalam hal ini selain
mendaftar semau kelas kata, perlu juga mendaftar subkategorisasinya atau
subkelasnya dalam setiap kategori atau kelas kata masing-masing karena tiap
subkelas itu memiliki perilaku sisntaksis yang khas pula; (4) teori kelas kata
yang dihasilkan seyogyanya mencakup seluruh bahasa yang dijangkaunya, dengan segala
dialek dan ragamnya.
7.
Peran
Semantik (Pengalam, Penerima, Pelaku)
Contoh:
Peran pengisi subjek
Orang tua itu kini hidup
sendiri (pengalam)
Hilmi sudah dibelikan
peralatan kedokteran (penerima)
Nia sedang
mengerjakan tugas (pelaku)
8.
Hubungan
Antarunsur Pembentuk Satuan Sintaksis
Hubungan antarunsur pembentuk satuan
sintaksis saling ketergantungan. Unsure-unsur tersebut merupakan unsure
pembentuk secara langsung unsure yang berada di atasnya dalam tataran
gramatikal. Frasa merupakan unsure pembentuk klausa. Klausa merupakan unsure
pembentuk kalimat. Dan begitu pula frasa, unsure pembentuknya adalah kata.
9.
Vokal
: Endovoice dan eksovoice
Daftar Pustaka
Abdul Chaer.
2007. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baehaqie, Imam.
2008. Sintaksis : Teori dan Analisisnya. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Chaedar
Alwasilah, A. 1983. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.
Harimurti
Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis.
Yogyakarta : CV Karyono.
Veerhar, J.W.M.
2001. Asas-asas Linguistik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
0 komentar:
Posting Komentar