Ringkasan Pintu Mulai Terbuka
Perselingkuhan Haris dan Hera rupanya
berlanjut sampai mereka memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama
Nita. Setelah beberapa tahun berlalu, Widya pun mengetahui ulah suaminya. Waktu
itu Hera sedang sakit keras, akhirnya ia pun meninggal. Tak tega terhadap Nita,
Haris pun memohon pada Widya untuk menjadi ibu bagi Nita. Widya yang sangat
sakit hati tentu saja tak mau menerima permintaan Haris. Namun, mau bagaimana
lagi, jika ia tak mau menerima Nita maka Haris akan menceraikannya dan
bagaimana nasib anak-anak mereka?
Widya pun menerima Nita sebagai anaknya. Namun
yang terjadi ia tak pernah memperlakukan Nita seperti anak kandungnya, mungkin
prinsip Widya saat itu adalah tiada hari tanpa menyiksa Nita. Apapun yang
dilakukan Nita selalu salah di mata Widya. Melihat adik tirinya diperlakukan
tidak adil, Astri selalu tidak terima. Sekeras apapun Astri membela Nita
tetaplah tidak ada gunanya, toh hati Widya sudah terlanjur benci apalagi jika
ia melihat Nita, ia selalu teringat Hera.
Suatu hari kondisi tubuh Widya mendadak
menurun drastis, ia mesti dilarikan ke rumah sakit. Usut punya usut ternyata
Widya salah meminum obat dan Astrilah yang dicurigai sebagai orang yang menukar
obat Widya. Setelah itu sikap Widya pada Nita pun mulai berubah, ia menjadi
lebih lembut. Namun, beberapa waktu kemudian Widya kembali mendapatkan celaka,
ia terjatuh dari tangga. Lagi-lagi Astrilah yang dicurigai mencelakai ibunya.
Astri pun dianggap memiliki kelainan mental. Ia diperlakukan seperti orang
gila, hal itu membuat Astri depresi dan akhirnya ia mengalami trauma
psikologis. Padahal yang mencelakai Widya selama ini adalah Nita, karena ia
memiliki kepribadian ganda.
Setelah kondisi Widya agak membaik, ia
berencana untuk mengobrol dengan Astri di pinggir kolam renang. Astri yang
sedang mengalami depresi itu rupanya hanya akan tenang apabila berada di sisi
Nita. Ternyata Widya sudah curiga bahwa orang yang selama ini menyakitinya
bukanlah Astri tapi Nita. Mendengar ucapan Widya, Nita pun murka, ia mendorong
Widya yang masih lumpuh ke dalam kolam renang. Widya pun meninggal.
Nita rupanya sangat pandai berakting. Di
hadapan polisi dan semua orang ia memiliki seribu alasan. Tapi
sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Akhirnya ada seorang
psikiater yang mencurigai sikap Nita, dan ia menyatakannya pada Haris. Haris
yang sedang sangat terpukul dan menyesali segala perbuatannya pun makin
terpuruk. Ia tidak sanggup lagi dengan keadaannya saat ini, istrinya yang
meninggal, anaknya yang dianggap gila apalagi ditambah kejadian ini. Ketika
Haris sedang mengemudikan mobilnya bersama Nita, ia menabrakan diri pada pohon,
Haris meninggal seketika, tapi tidak dengan Nita. Nita mengalami koma yang
sangat lama, ketika Astri mengunjunginya, Nita baru bisa meninggal.
Tinjauan Psikologi Sastra Tokoh Nita pada Novel Pintu Mulai
Terbuka Karya Mira. W
Dalam novel “Pintu Mulai Terbuka”, Nita adalah
tokoh yang cukup berpengaruh dalam novel “Pintu Mulai Terbuka” karya Mira W.
Nita merupakan anak hasil perselingkuhan Haris, ayah Nita dengan seorang
karyawan di kantornya yang bernama Hera. Nita mendapatkan perlakuan yang tidak
adil dari Widya, ibu tirinya semenjak ia kecil sampai beranjak remaja.
Penyiksaan yang dilakukan secara terus-menerus itulah yang membuatnya mengalami
gangguan psikologis.
Nita dianggap sebagai tokoh yang cukup sentral
karena ia diiibaratkan seperti simbol kausalitas dari berbagai peristiwa yang
terjadi. Nita diumpamakan seperti buah yang diunduh dari berbagai kejadian yang
dilakukan oleh Haris, Widya, dan Hera. Bermula dari perselingkuhan Haris dan
Hera yang membuat Hera melahirkan Nita. Oleh karena Hera meninggal, Nita
terpaksa dirawat oleh Widya. Setiap kali ia melihat Nita, Widya seolah melihat
bayang-bayang Hera yang membuatnya ingin selalu balas dendam. Rupanya perlakuan
Widya pada Nita telah membentuk karakter yang berbeda pada Nita. Dia menjadi
anak yang memiliki kepribadian ganda, hingga akhirnya Nita tega membunuh Widya.
Peristiwa pembunuhan yang dilakukan Nita
dijalankannya dengan sangat rapi, bahkan untuk remaja berusia 13 tahun. Di sisi
lain, Nita sangat disayangi oleh Astri kakak tirinya. Hal itu membuat Nita
selalu berlindung di bawah ketiak Astri karena ketika Nita disiksa oleh ibu
tirinya, Astrilah yang selalu datang untuk membelanya. Rupanya hal tersebut
memberi dampak tersendiri. Astri adalah korban dari segala tuduhan atas
kejahatan yang dilakukan Nita. Jadi boleh dikatakan bahwa Nita menganggap bahwa
ia memiliki seseorang yang dianggap superhero baginya sehingga ia pantas
melemparkan segala kejahatannya pada orang tersebut.
Nita memang seorang anak yang cantik, manis,
pintar, dan polos membuat hampir semua orang menyukainya, tentu saja kecuali
Widya. Perwatakan Nita yang misterius dan dibungkus dengan sikap manisnya
dihadapan semua orang menjadikannya menarik untuk dianalisis berdasarkan kajian
psikologi sastra. Secara kategori, sastra memang berbeda dengan psikologi
karena sastra berhubungan dengan seni (art), sedangkan psikologi merujuk
pada perilaku manusia dan proses mental. Keduanya memiliki titik temu yang sama
yakni berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Tentang
manusia sebagai sumber kajian, psikologi terlibat erat karena psikologi
mempelajari perilaku.
Karya sastra juga berkaitan dengan gejala khas
manusia. Gejala ini melahirkan bidang kajian lintas disiplin. Kaitan karya
sastra dengan masyarakat, misalnya, dipelajari oleh cabang kajian sosiologi
sastra, hubungan karya sastra dengan gejala jiwa dipelajari oleh psikologi
sastra (Rosidi, 2007: 3). Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional,
yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.
Perbedaannya adalah bahwa gejala kejiwaan yang terdapat dalam sastra adalah
gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah
manusia-manusia riil (Aminuddin, 1990:93 ).
0 komentar:
Posting Komentar