KELUHAN KLIEN KEPADA SUPERVISOR DI SMP
Selamat siang Bu
Ruti, perkenalkan saya Meina, guru Bahasa Indonesia SMP. Saya sudah
menjadi guru selama tujuh tahun. Saya memiliki keluhan mengenai pembelajaran di
sekolah tersebut Bu. Permasalahan itu terkait dengan kemampuan mengajar saya,
yang meliputi: hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, cara memotivasi
siswa, dan cara memberikan apresiasi siswa.
Berikut beberapa
hal yang saya keluhkan, Bu.
1) Ketika saya melakukan analisis terhadap hasil
ulangan siswa, saya menemukan hal yang sama dari tahun ke tahun. Rata-rata
siswa mengalami kesulitan pada materi yang sama. Kebanyakan siswa tidak bisa
menjawab dengan jawaban yang tepat pada materi itu-itu saja. Misalnya, pada
kompetensi dasar mementukan ide pokok paragraf. Saya sebagai guru sudah
memberikan porsi waktu yang “lebih banyak” pada kompetensi tersebut. Hal ini
disebabkan dari tahun ke tahun nilai siswa pada materi itu kurang memuaskan.
Selain melakukan upaya penambahan alokasi waktu, saya juga sudah memberikan
latihan yang lebih banyak pada mereka. Pertanyaannya, apakah gurunya yang
salah? Materinya yang terlalu sulit? Atau evaluasinya yang sulit? Lalu apa yang
harus saya lakukan Bu?
2) Permasalahan berikutnya yaitu tentang keberanian dan
motivasi siswa untuk berpartisi aktif dalam pembelajaran. Tidak semua siswa
memiliki inisiatif untuk aktif, terutama pada pembelajaran berbicara, padahal
saya sudah memberikan motivasi. Kebanyakan siswa berkenan berbicara hanya jika
ditunjuk. Misalnya, pada saat pembelajaran berbicara pada kompetensi
menceritakan pengalaman pribadi, untuk mencari siswa yang bersedia menjadi
model pun sangat sulit padahal sejatinya mereka memiliki pengalaman pribadi. Mengapa
bisa terjadi hal seperti itu? Apakah karena malu? Atau merasa tidak bisa? Apa
yang harus saya perbuat?
3) Permasalahan yang terakhir tentang cara memberikan
apresiasi kepada siswa yang berprestasi atau menjawab pertanyaan dengan baik. Hal
yang saya takutkan, apresisasi tersebut membuat siswa yang lain iri. Contoh
konkretnya, ketika saya memuji siswa yang mendapatkan nilai 100, saya takut
pujian saya membuat siswa yang lain iri atau berpikir, “Dia dapat nilai 100 kan
karena dia pandai, lah saya kan biasa saja.” Bisa juga siswa lantas berpikir,
“Kok Ibu Guru memuji yang dapat nilai 100 sebagai anak yang cerdas sih, saya
yang tidak dapat 100 berarti bodoh?” Nah, kalau kasusnya seperti itu bagaimana
solusinya Bu Ruti?
Jawaban
Selamat siang Bu Meina, terima kasih sudah
menceritakan permasalahannya kepada saya. Oleh karena itu, mari kita diskusikan
bersama-sama.
1)
Permasalahan
pertama memang banyak dijumpai oleh guru-guru, hal tersebut berkaitan dengan
tingkat kesulitan soal, materi, dan cara pembelajaran. Sebelumnya, saya ingin
menanyakan beberapa hal :
a. Apakah Ibu sudah pernah mengubah jenis soal pada
materi tersebut? (informasi yang saya dapatkan, Ibu sudah mengajar
bertahun-tahun dan menemukan hal yang sama).
b. Coba Ibu amati kembali Kompetensi Dasar pembelajaran
teresebut lalu Ibu melakukan refleksi diri mengenai beberapa hal : (1)
perumusan indikator, (2) pengembangan materi pembelajaran, (3) model
pembelajaran, apakah sudah menyenangkan untuk siswa?
c. Apakah Ibu sudah pernah melakukan tindakan remedial?
Lalu pertanyaan yang Ibu berikan pada kegiatan tersebut, sudahkah memiliki
tingkat kesukaran yang lebih rendah?
2)
Permasalahan
kedua, adalah permasalahan yang sudah lazim terjadi, terutama pada pembelajaran
berbicara. Siswa yang tidak berpartisi aktif bisa jadi karena beberapa hal,
yaitu : (a) tidak diberi kesempatan, (b) takut salah, (c) pembelajaran tidak
menarik sehingga siswa kurang termotivasi.
Ibu
Meina, bagaimana pembelajaran yang Ibu berikan saat ini? Bagaimana cara Ibu
memotivasi siswa? Karakteristik orang Indonesia, mereka sangat suka
mendengarkan cerita, atau bermain-main. Siswa akan lebih rileks bila
pembelajaran disuguhkan dengan cara yang kreatif, menyenangkan, dan ringan.
Apakah Ibu pernah memberikan permainan kepada siswa, lalu siswa tersebut
bertugas untuk maju dan berbicara di depan teman-temannya? Mungkin dengan
melakukan permainan, secara tidak sadar siswa akan termotivasi karena mindsetnya adalah bermain, bukan sedang
belajar.
3)
Permasalahan
yang terakhir ini cukup jarang ditanyakan oleh guru-guru. Terima kasih Bu
Meina. Berhati-hatilah para guru dalam memberikan apresiasi. Ada beberapa
kemungkinan yang bisa terjadi pada kasus tersebut.
a. Kemungkinan yang pertama, apresiasi yang tepat dapat
membuat siswa semakin termotivasi. Hal ini menggunakan prinsip reward, bukan punishment. Hal itu membuat siswa “berlomba-lomba” untuk menjadi
yang terbaik.
b. Kemungkinan kedua, apresiasi yang kurang tepat
justru membuat siswa yang lain merasa “minder”. Guru sebaiknya berhati-hati. Guru
dapat memberikan apresiasi atas “pekerjaan siswa”, bukan atas kecerdasan siswa.
Bisa jadi, pernyataan , “Bagus Nak, jawaban kamu tepat, kamu pasti sudah
berusaha.” Lebih baik dari pada “Kamu memang cerdas, jawabannya tepat.”
Bagaimana Bu Meina?
0 komentar:
Posting Komentar