Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Indonesia

Bangga Berbahasa Indonesia

Rabu, 19 Maret 2014

Contoh Kisi-kisi Soal Empat Aspek Keterampilan Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP











 
Menulis


No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Soal
Materi
1
8. Mengekspresikan pikiran, perasaan dan pengalaman melalui pantun dan dongeng
8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun
1.    Mampu menentukan syarat-syarat pantun
2.    Mampu melengkapi pantun yang rumpang
3.    Mampu menuliskan gagasan menjadi pantun sesuai dengan  syarat-syarat pantun

1.       Pengertian pantun
2.       Syarat pantun
3.       Macam-macam pantun


Sekolah                           :   SMP
Mata Pelajaran              :   Bahasa Indonesia
Kelas / Semester            :   VII / 1
Standar Kompetensi     :   8.   Mengekspresikan pikiran, perasaan dan pengalaman melalui pantun dan dongeng
Kompetensi Dasar         :   8.1.  Menulis pantun yang sesui dengan syarat-syarat pantun
Alokasi Waktu               :       2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Materi                             :

Diantara berbagai karya sastra lama Indonesia yang sangat terkenal adalah pantun. Pada mulanya, pantun adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan. Bahkan sampai sekarang, masih dinyanyikan, seperti dalam acara perkawinan di Betawi. Dalam kesusastraan Indonesia, pantun kali pertama muncul dalam : Sejarah Melayu” dan hikayat-hikayat populer yang sezaman.
1.      Syarat-syarat pantun
Dalam membuat pantun ada beberara syarat yang harus diperhatikan yaitu :
a.       tiap bait terdiri atas 4 baris
b.      tiap bait terdiri atas 4 – 5 kata
c.       tiap bait terdiri atas 8 – 12 suku kata
d.      bersajak a b a b
e.       baris pertama dan kedua meurpakan sampiran, baris ketiga dan keempat meurpakan isi
f.       memiliki irama
2.      Macam-macam pantun
Berdasarkan isinya, pantun dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
a.       pantun nasihat
b.      pantun teka-teki
c.       pantun jenaka
d.      pantun adat
e.       pantun agama
f.       pantun nasib
g.      pantun perkenalan


Indikator                        : (1) Mampu menentukan syarat-syarat pantun
                                          (2) Mampu melengkapi pantun yang rumpang
(3)  Mampu menuliskan gagasan menjadi pantun sesuai dengan  syarat-syarat pantun
Deskriptor                      :

(1)     Mampu menentukan syarat-syarat pantun
a)    Siswa menyebutkan lima syarat pantun
b)   Siswa menyebutkan empat syarat pantun
c)    Siswa menyebutkan tiga syarat pantun
d)   Siswa menyebutkan dua syarat pantun
e)    Siswa menyebutkan satu syarat pantun
f)    Siswa tidak menyebutkan syarat pantun

Amatilah pantun di bawah ini kemudian jawablah pertanyaan yang ada di dalam tabel !
Contoh :

1.      Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Tentu kita berjumpa lagi

2.      Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh


Berilah tanda silang pada jawaban yang kalian anggap benar!
Ciri-ciri Pantun
Jawaban
1.      Setiap bait terdiri atas . . . . larik

a.       1
b.      2
c.       3
d.      4
2.      Setiap baris/larik terdiri atas . . .  .. suku kata

a.       4 sampai 6
b.      6 sampai 8
c.       8 sampai 12
d.      12 sampai 14
3.      Bersajak . . . .

a.       a b – a b
b.      a a – a a
c.       a b – c d
d.      a b – b a
4.      Baris pertama dan kedua berupa . . .
a.       Sampiran
b.      Isi
5.      Baris ketiga dan keempat berupa . . .

a.       Sampiran
b.      Isi

 Jadi ciri – ciri pantun antara lain :
1.       ....................................................................
2.       ....................................................................
3.       ....................................................................
4.       ....................................................................
5.       ....................................................................

Kriteria Penilaian
No
Kegiatan
Skor
1.
2.

3
4
5
6
Siswa menyebutkan lima syarat-syarat pantun
Siswa menyebutkan empat syarat-syarat pantun
Siswa menyebutkan tiga syarat-syarat pantun
Siswa menyebutkan dua syarat-syarat pantun
Siswa menyebutkan satu syarat-syarat pantun
Siswa tidak menyebutkan syarat-syarat pantun
5
4

3
2
1
0
Jumlah skor
5


(2)     Mampu melengkapi pantun yang rumpang
a)      Siswa melengkapi 4 buah pantun
b)     Siswa melengkapi 3 buah pantun
c)      Siswa melengkapi 2 buah pantun
d)     Siswa melengkapi 1 buah pantun



Lengkapilah pantun berikut ini berdasarkan syarat-syarat pantun! kerjakan dengan teman sekelompokmu.
1.      Palinglah enak kelapa muda
Bila diminum di siang hari
.................................................
.................................................

2.      Jalan-jalan ke Yogyakarta
Jangan lupa ke Borobudur
.................................................
.................................................

3.       ................................................
.................................................
Jadi orang janganlah murka
Di masyarakat tak ditemani

4.      Merah putih bendera bangsaku
Pancasila dasar negara
.................................................
.................................................
Kriteria Penilaian
No
Kegiatan
Skor
1.
2.
3.
4.
Siswa melengkapi 4 buah pantun
Siswa melengkapi 3 buah pantun
Siswa melengkapi 2 buah pantun
Siswa melengkapi 1 buah pantun
4
3
2
1
Jumlah skor
4







(3)     Mampu menuliskan gagasan menjadi pantun sesuai dengan  syarat-syarat pantun
a)           Siswa menulis pantun dengan memenuhi lima syarat pantun
b)          Siswa menulis pantun dengan memenuhi empat syarat pantun
c)           Siswa menulis pantun dengan memenuhi tiga syarat pantun
d)          Siswa menulis pantun dengan memenuhi dua syarat pantun
e)           Siswa menulis pantun dengan memenuhi satu syarat pantun
f)           Siswa menulis pantun dengan tidak memenuhi syarat pantun


1.      Buatlah sebuah pantun!
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________

2.      Tukarkan hasil pekerjaanmu dengan hasil pekerjaan temanmu!
3.      Berilah penilaian berdasarkan rubrik berikut ini!

Berilah tanda (v) pada bagian yang sesuai dengan penilaianmu!
No
Syarat Pantun
Ya
Tidak
1
Terdiri atas 4 baris dalam setiap bait.


2
Terdiri atas 8 - 12 suku kata tiap larik.


3
Baris 1 dan 2 berupa sampiran.


4
Baris 3 dan 4 berupa isi.


5
Pola sajaknya a b a b.



Penilaian :
Jika, ya berjumlah 5, maka nilai 100.
Jika, ya berjumlah 4, maka nilai 80.
Jika, ya berjumlah 3, maka nilai 60.
Jika, ya berjumlah 2, maka nilai 40.
Jika, ya berjumlah 1, maka nilai 20.




Kriteria Penilaian

No
Kegiatan
Skor
1.

2.

3.

4.

5.

6.
Siswa menulis pantun dengan memenuhi lima syarat pantun
Siswa menulis pantun dengan memenuhi empat syarat pantun
Siswa menulis pantun dengan memenuhi tiga syarat pantun
Siswa menulis pantun dengan memenuhi dua syarat pantun
Siswa menulis pantun dengan memenuhi satu syarat pantun
Siswa menulis pantun dengan tidak memenuhi syarat pantun
5

4

3

2

1

0

Jumlah skor
5


Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 s.d. 100


Skor Perolehan


Nilai Akhir
=
--------------------
X
Skor Ideal (100)


Skor Maksimal























 
Membaca



No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator Soal
1
11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai
11.2   Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca  

Cara menemukan gagasan utama teks
1.      Mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap paragraf pada suatu teks bacaan

Sekolah                           :   SMP
Mata Pelajaran              :   Bahasa Indonesia
Kelas / Semester            :   VII / 2
Standar Kompetensi     :   11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai
Kompetensi Dasar         :   11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca  
Alokasi Waktu               :   3 x 40 menit (1 x pertemuan)
Materi                             :  Cara menemukan gagasan utama teks


Indikator                        : Mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap paragraf pada suatu teks bacaan

Deskriptor                      :

(1)   Siswa mampu mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap paragraf pada suatu teks bacaan dengan benar










Soal                                 :

Suhu global terus meningkat. Jika laju peningkatan suhu tidak dapat ditekan, ribuan spesies akan mati lataran tidak tahan terhadap suhu udara yang tinggi. Dalam 100 tahun mendatang, diperkirakan akan terjadi krisis air dan krisis pangan akibat terganggunya rantai kehidupan. Penyebab semua ini adalah efek rumah kaca sebagai akibat dari banyaknya gas CFC yang menyelimuti atmosfer bumi.

Ide pokok pada paragraf di atas adalah…
a.       Suhu global yang terus meningkat
b.      Penyebab suhu naik adalah efek rumah kaca
c.       Akibat suhu global yang meningkat
d.      Krisis air dapat terjadi karena peningkatan suhu global

Jawaban : A

Kriteria Penliaian

Ide pokok pada paragraf di atas adalah… (pilihan ganda)

No
Kegiatan
Skor
1
2
Mengetahui ide pokok paragraf

Jawaban salah
1
0




















Meina Febriani
2002512025
Rombel 1
 
 




 
Menyimak


No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator Soal
1
1. Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita
1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat
1. Cara menentukan pokok-pokok isi berita
2. Cara menyimpulkan isi berita

1. Dapat menentukan pokok-pokok isi berita
2. Menyimpulkan isi berita dalam beberapa kalimat

Sekolah                           :   SMP
Mata Pelajaran              :   Bahasa Indonesia
Kelas / Semester            :   VII / 1
Standar Kompetensi     :   1. Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita
Kompetensi Dasar         :   1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat
Alokasi Waktu               :   2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Materi                             :

Cara menentukan pokok-pokok isi berita
Cara menyimpulkan isi berita

Indikator                        :
1. Dapat menentukan pokok-pokok isi berita
2. Menyimpulkan isi berita dalam beberapa kalimat

Deskriptor                      :
1. Dapat menentukan pokok-pokok isi berita
a. Mengetahui tempat peristiwa dari berita yang di dengar
b. Mengetahui waktu peristiwa dari berita yang di dengar
c. Mengetahui penyebab peristiwa dari berita yang di dengar

2. Menyimpulkan isi berita dalam beberapa kalimat
a. Menyimpulkan isi berita




Soal:

Dengarkanlah rekaman berita berikut ini!
Identifikasi pelaku Bom Solo
Proses identifikasi jenazah pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jalan Arif Rahman Hakim Nomor 49, Solo, akan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 26 September. "Jenazah orang yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton akan dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk proses identifikasi," kata Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Komisaris Besar Polisi Djihartono, di Semarang, Ahad.
Kombes Djihartono mengatakan, proses identifikasi tersebut untuk memastikan identitas pelaku bom bunuh diri yang mengalami luka parah pada bagian perut tersebut. "Bagian wajah pelaku dalam keadaan utuh sehingga diharapkan proses identifikasi tidak mengalami kesulitan," ujarnya saat dihubungi melalui telepon dalam perjalanan menuju Solo.
Pria pelaku bom bunuh diri diperkirakan berusia antara 20-30 tahun, mengenakan kemeja krem, celana panjang hitam, topi serta berkaca mata. Ledakan yang menewaskan seseorang yang diduga pelaku bom bunuh diri dan belum diketahui identitasnya terjadi di GBIS Kepunton Solo pada Minggu (25 September) sekitar pukul 10.55 WIB.
Bom bunuh diri yang diledakkan pelaku usai kebaktian kedua itu juga melukai 10 jemaat gereja yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Dr Oen dan seorang dirawat di RS Brayat Minulyo Surakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menerima laporan tentang kejadian ini dan kemudian menyampaikan keprihatinannya. "Presiden telah minta aparat keamanan untu menyelidiki kasus ini," kata Staf Khusus Kepresidenan Daniel Sparingga. Menko Polhukam Djoko Suyanto juga mengecam aksi pemboman ini.
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/identifikasi-pelaku-bom-solo-dilakukan-di-semarang-073826971.html (diunduh pada tanggal 25 September 2011 pukul 17.34 WIB)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.    Dimana identifikasi bom Solo dilakukan?
a.       Semarang
b.      Solo
c.       Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS)
d.      Jalan Arif Rahman Hakim Nomor 49
Jawaban : A
2.    Kapan peristiwa bom Solo terjadi?
a.       26 September
b.      25 September
c.       5 September
d.      6 September
Jawaban : B
3.    Mengapa dilakukan proses identifikasi pelaku bom?
a.       Untuk menangkap pelaku bom
b.      Untuk mengetahui jaringan pelaku bom
c.       Untuk memastikan identitas pelaku bom bunuh diri
d.      Untuk menghindari peristiwa terror
Jawaban : C
4.    Simpulkanlah isi berita yang kamu dengar!
a.       Identifikasi bom Solo dilakukan di Semarang. Identifikasi itu dilakukan untuk mengetahui identitas pelaku bom.
b.      Proses identifikasi jenazah pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jalan Arif Rahman Hakim Nomor 49, Solo, akan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 26 September.
c.       Jenazah orang yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri Solo dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk proses identifikasi
d.      Proses identifikasi untuk memastikan identitas pelaku bom bunuh diri yang mengalami luka parah pada bagian perut tersebut.

Jawaban : A

Pedoman Penskoran

Dimana identifikasi bom Solo dilakukan? (pilihan ganda)

No
Kegiatan
Skor
1
2
Mengetahui tempat peristiwa dari berita yang di dengar

Jawaban salah
1
0

Kapan peristiwa bom Solo terjadi?
No
Kegiatan
Skor
1
2
Mengetahui waktu peristiwa dari berita yang di dengar

Jawaban salah
1
0

Mengapa dilakukan proses identifikasi pelaku bom?
No
Kegiatan
Skor
1
2
Mengetahui penyebab peristiwa dari berita yang di dengar

Jawaban salah
1
0


Simpulkanlah isi berita yang kamu dengar!
No
Kegiatan
Skor
1
2
Siswa dapat menyimpulkan isi berita yang didengarkan dengan benar
Jawaban salah
1
0


Jumlah skor maksimal = 1 + 1 + 1 + 1 = 4

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 s.d. 100


Skor Perolehan


Nilai Akhir
=
--------------------
X
Skor Ideal (100)


Skor Maksimal


















 
Berbicara


No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator Soal
1
2.     Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman
2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif
1. Pengalaman mengesankan
2. Pilihan Kata dan Kalimat yang Efektif
3. Pemilihan peristiwa
4. Penyusunan pokok-pokok cerita
5. Bercerita


1.      Dapat menceritakan pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok cerita yang disusun dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif


Sekolah                           :   SMP
Mata Pelajaran              :   Bahasa Indonesia
Kelas / Semester            :   VII / 1
Standar Kompetensi     :   2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman
Kompetensi Dasar         :   2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif
Alokasi Waktu               :   4 x 40 menit (2 x pertemuan)
Materi                             :

a.       Pengalaman mengesankan
Pengalaman mengesankan adalah segala sesuatu yang dialami atau dirasakan atau diketahui, tidak terlupakan dan menarik untuk diceritakan. Dalam konteks bercerita, pengalaman adalah segala sesuatu yang dialami atau dirasakan atau diketahui oleh siswa.
b.      Pilihan Kata dan Kalimat yang Efektif
Pilihan kata dan kalimat yang efektif merupakan susunan kalimat yang tepat sasaran dan tidak berbelit-belit dan tidak berlebihan.

c.       Pemilihan peristiwa
Pengarahan untuk menentukan satu diantara beberapa peristiwa yang pernah dialami.

d.      Penyusunan pokok-pokok cerita
Pengarahan tentang urutan peristiwa untuk dijadikan pokok-pokok cerita.
e.       Bercerita
Siswa bercerita di depan teman-temannya dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif berdasarkan pokok-pokok cerita yang telah ditulisnya.

Indikator
Siswa dapat menceritakan pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok cerita yang disusun dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif

Deskriptor
1.      Siswa bercerita dengan isi cerita yang sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun, dengan visualisasi yang sangat tepat, pelafalan yang sangat jelas, jeda/intonasi yang sangat tepat, dan mimic yang sangat serasi
2.      Siswa bercerita dengan isi cerita yang sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun, dengan visualisasi yang tepat, pelafalan yang jelas, jeda/intonasi yang tepat, dan mimik yang serasi
3.      Siswa bercerita dengan isi cerita yang sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun, dengan visualisasi yang kurang tepat, pelafalan yang kurang jelas, jeda/intonasi yang kurang tepat, dan mimik yang kurang serasi
4.      Siswa bercerita dengan isi cerita yang sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun, dengan visualisasi yang tidak tepat, pelafalan yang tidak jelas, jeda/intonasi yang tidak tepat, dan mimik yang tidak serasi







Soal :
Ceritakan secara lisan pengalaman yang mengesankan itu berdasarkan pokok-pokok cerita yang telah kamu susun dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat efektif!

Pedoman Pengamatan

Berilah tanda cek (v) pada kolom nilai 1, 2, 3 atau 4 dengan ketentuan :
1 = kurang                               2 = sedang             3 = baik                 4 = sangat baik
No
Aspek
Deskripsi
1
2
3
4
1
Kesesuaian isi
Isi cerita sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun




2
Kesesuaian visualisasi
Visualisasi mendukung isi cerita




3
Pelafalan
Pelafalan kata secara jelas dan tepat




4
Jeda/intonasi
Pengaturan jeda/, tinggi rendah nada, keras lemah suara, dan lambat cepat cerita




5
Gerak/mimik
Keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan





Nilai akhir = Perolehan skor       x skor ideal (100) =
                                 Skor maksimal (20)

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100



Perbedaan kriteria penilaian menulis karya ilmiah dan karya sastra:
Kriteria Penilaian Karya Ilmiah:
No
Kriteria Penilaian
Nilai maksimal
Nilai
1
Format Penulisan:
Ø  Tata tulis: ukuran kertas, tipografi, kerapian ketik, tata letak, jumlah halaman.
Ø  Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
10

2
Kreativitas Gagasan:
Ø  Kreatif, inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ø  Keaslian gagasan.
Ø  Kejelasan pengungkapan ide, sistematika pengungkapan ide dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.



25

3
Topik yang dikemukakan:
Ø  Kesesuaian judul dengan tema, topik yang dipilih dan isi karya tulis.
Ø  Aktualisasi topik dan fokus bahasan yang dipilih.


10

4
Data dan sumber informasi:
Ø  Kesesuaian informasi dengan acuan yang digunakan.
Ø  Keakuratan data dan informasi.

15

5
Analisis-sintesis dan simpulan
Ø  Kemampuan menganalisis dan mensintesis.
Ø  Kemampuan menyimpulkan bahasan
Ø  Kemampuan memprediksi dan mentransfer gagasan untuk diadopsi.
40
(20)
(10)
(10)


TOTAL
100













Kriteria Penilaian Menulis Cerpen:
No.

Aspek yang dinilai

Skor
Bobot
Nilai (skor x bobot)
1.
Tema
·      Menarik
·      Kurang menarik
·      Tidak menarik

3
2
1

2

2.
Sistematika penyusunan
·      Runtut
·      Tidak runtut

2
1

1

3.
Pelaku, peristiwa, latar
·      Ada
·      Tidak ada

2
1

2

4.
Bahasa
·      Komunikatif
·      Kurang komunikatif
·      Tidak komunikatif

3
2
1

1

5.
Kesesuaian tema dengan isi
·      Sesuai
·      Tidak sesuai

2
1

1

6.
Keterkaitan paragraf dengan paragraf berikutnya
·      Terkait
·      Tidak terkait

2
1

1



Nilai akhir = Perolehan skor       x skor ideal (100) =
                                 Skor maksimal

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100



Rabu, 05 Februari 2014

Apa Kabar Bahasa Indonesia di Kurikulum 2013?

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum seharusnya bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Hasil survey “Trends in International Math and Science” tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukkan hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi. Data lain diungkapkan oleh Program for International Student Assesment (PISA), hasil studinya tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat sepuluh besar terbawah dari 65 negara peserta PISA. Hasil kedua survey itu merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan kurikulum, termasuk penataan beberapa mata pelajaran, salah satunya Bahasa Indonesia.
Pada Kurikulum 2013, mata pelajaran Bahasa Indonesia akan berbasis teks yang menjadi paradigma pengembangan fungsi bahasa. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai media komunikasi, tapi sebagai alat mengembangkan kemampuan berpikir. Hal itu ditampilkan dalam teks yang dibentuk oleh konteks, ragam bahasa, dan pesan yang mengandung unsur sosial dan budaya. Melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual.
Pembelajaran berbasis teks pada mata pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan implementasi dari pembelajaran tematik integratif. Tujuan pengintegrasian bukanlah untuk pendangkalan mata pelajaran, tapi justru lebih membermaknakan mata pelajaran agar lebih mudah dipahami dan bersifat kontekstual (Cambridge University, “Teaching Science through English”).
Istilah tematik-integratif dalam Kurikulum 2013 merupakan perwujudan penerapan CLIL.  Coyle (2006, 2007) mengajukan 4C sebagai penerapan CLIL, yaitu content, communication, cognition, culture (community/citizenship). University of Cambridge menerbitkan panduan kurikulum bahasa Inggris yang  bertajuk Teaching Science through English-- a CLIL Approach. Dalam panduan tersebut dijelaskan bahwa content itu berkaitan dengan topik apa (dalam hal ini adalah topik IPA seperti ekosistem). Communication  berkaitan dengan bahasa jenis apa yang digunakan (misalnya membandingkan, melaporkan). Pada bagian ini konsep genre teraplikasi, bagaimana suatu jenis teks tersusun (struktur teks) dan bentuk bahasa apa yang sering digunakan pada jenis teks tersebut. Cognition berkaitan dengan keterampilan berpikir apa yang dituntut berkenaan dengan topik (misalnya mengidentifikasi, mengklasifikasi). Culture berkaitan dengan muatan lokal lingkungan sekitar yang berkaitan dengan topik, misalnya kekhasan tumbuhan yang ada di wilayah tempat peserta didik belajar, termasuk juga persoalan karakter dan sikap berbahasa. CLIL sekarang ini juga dilihat sebagai cara untuk mencapai ‘mother tongue + 2’ multilingualism (Zarobe, 2009).
Oleh sebab itu, peran bahasa Indonesia amat strategis dalam Kurikulum 2013 sebab bahasa Indonesia dijadikan sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.
Secara filsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia memiliki peran yang strategis dalam kurikulum 2013 dalam menghela peradaban bangsa terutama pada era globalisasi seperti saat ini.


KAJIAN STILISTIKA: GAYA KATA DALAM CERPEN “DILARANG MENYANYI DI KAMAR MANDI” KARYA SENO GUMIRA ADJIDARMA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Pilihan Kata
Penyimpangan dalam pemilihan kata dapat ditemukan pada cerpen karya Seno Gumira Adji yaitu “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”. Dari cerpen tersebut ditemukan pemanfaatan kosakata yang secara etimologis berasal dari bahasa lain yaitu bahasa Jawa dan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Belanda.
a.       Pemanfaatan Kata Bahasa Daerah
Dalam cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” terdapat pilihan kata yang diambil dari kosakata bahasa Jawa, seperti Zus. Kosakata tersebut digunakan untuk menamai tokoh dalam cerpen tersebut. Nama tokoh seperti itu menyiratkan bahwa pemilik nama adalah orang yang kebanyakan atau rakyat jelata yang berasal dari desa. Nama tokoh Zus menunjukkan nama orang desa, sederhana. Tepatnya seorang gadis indekost yang merantau ke kota untuk bekerja. Sebaliknya pilihan kata seperti tokoh Pak RT, Ibu Saleha, hansip, para suami, dan ibu-ibu dipakai untuk nama tokoh yang hidup di perkampungan kota dengan latar belakang masyarakat menengah ke bawah. Perhatikan kutipan berikut:
Terbayang di mata Pak RT  wajah ibu-ibu sepanjang gang itu. Wajah wanita-wanita yang sepanjang hari memakai daster, sibuk bergunjing, dan selalu ada gulungan keriting rambut di kepalanya. Wanita-wanita yang selalu menggendong anak dan kalau teriak-teriak tidak kira-kira kerasnya, seperti di sawah saja. Wanita-wanita yang tidak tahu cara hidup selain mencuci baju dan berharap-harap suatu hari bisa membeli mebel yang besar-besar untuk ruang tamu mereka yang sempit.

Diksi untuk penamaan tokoh digunakan untuk menapilkan latar, yaitu latar kota, tepatnya perkampungan kota. Dengan begitu, terdapat relasi antara tokoh dengan latar sebagaimana prinsip strukturalisme, yaitu adalanya relasi antarunsur gaya bahasa, relasional antartokoh, relasional antarlatar dalam cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”.
Pilihan kata dari kosakata bahasa daerah yang digunakan untuk penamaan tokoh dapat memertegas tokoh yang berasal dari daerah tertentu dan memertegas latar tempat. Hal itu berarti bahwa pemakaian kosakata bahasa daerah dapat digunakan sebagai sarana penokohan dan sarana pelataran.
Dalam cerpen ini, pilihan kata yang digunakan cenderung apa adanya. Pilihan kata seperti manggut-manggut  dan memamah dapat memertegas latar cerita dan watak tokoh. Kata-kata itu umumnya dijumpai di daerah tertentu dengan latar belakang masyarakat pedesaan. Kata-kata tersebut, dalam cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” dapat dibaca dalam kutipan berikut.
“Sabar Pak, sebentar lagi,” kata hansip.
“Waktunya selalu tepat pak, tak pernah meleset,” sambung warga yang lain. Pak RT manggut-manggut dengan bijak. Ia melihat arloji.
Pak RT begitu malu. Saling memandang dengan Ibu Saleha yang wajahnya pun sama-sama merah padam. Wanita yang parasnya polos itu membasahi bibirnya dengan lidah. Mulutnya yang lebar bagaikan mengandung tenaga yang begitu dahsyat untuk memamah apa saja di depannya.
Pak RT melirik wanita itu dan terkesiap melihat wajah itu tersenyum penuh rasa maklum. Ia tidak menunggu jawaban Pak RT.

Kehadiran kata manggut-manggut dalam kalimat tersebut mengandung arti mengangguk. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan watak Pak RT sebagai seorang yang bijaksana, dihormati, dan berpikiran maju. Sebagai salah satu tokoh masyarakat, pribadi Pak RT sangat menjadi pusat perhatian sehingga segala sesuatunya harus dipikirkan dengan baik.
Meski begitu adanya, watak tokoh Pak RT juga tak lekang dari sifat manusiawinya ketika berhadapan dengan tokoh Zus. Ia mengimajinasikan tokoh Zus sebagai sosok gadis yang secara biologis dapat mengundang hasrat kelakiannya. Hal itu tersirat dalam kata denotatif memamah yang artinya memakan. Maksudnya tokoh Zus ini dapat menarik perhatian kaum lelaki secara biologis.
Dalam cerpen karya Seno Gumira Adji ini, ditemukan pula kata geger yang digunakan menggambarkan situasi kehidupan suami-istri yang berada perkampungan kota dengan latar belakang yang masih sederhana. Hal itu terungkap dalam kutipan berikut:
Suasana jagi geger. Hansip berlari kian kemari menenangkan ibu-ibu. Rupa-rupanya tanpa suara nyanyian dan bunyi byar-byur-byar-byur orang mandi, para suami tetap bisa membayangkan adegan ranjang dengan wanita bersuara serak-serak basah dan sexy itu. Sehingga bisa dipastikan kebahagiaan rumah tangga warga sepanjang gang itu akan terganggu.

Kehadiran kata geger pada kalimat tersebut berhubungan dengan kata byar-byur-byar-byur justru memertegas kalimat sebelumnya, yang menggambarkan suasana di rumah warga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada relasi antara pemilihan kata geger dan byar-byur-byar-byur. Selain menimbulkan efek bunyi juga menyiratkan suasana yang sedang dirasakan oleh para suami. Sekalipun kejadian tersebut hanya bayangan para suami.
Kata digebuk ikut hadir dalam cerpen ini, memberikan nuansa peristiwa yang digambarkan oleh penulis seolah-olah hidup dan nyata. Kata digebuk sebenarnya berasal dari kata gebuk (Jawa) yang berarti pukul kemudian mendapatkan afiksasi (di-) sehingga kata digebuk yang dimaksud adalah dipukul. Hal itu terungkap dalam kutipan berikut:
Pengalamannya yang panjang sebagai ketua RT membuatnya hafal, segala sesuatu bisa disebut kebenaran hanya jika dianut orang banyak. Sudah berapa maling digebuk sampai mati di kampung itu dan tak ada seorangpun yang dituntut ke pengadilan, karena dianggap memang sudah seharusnya.

Melalui tokoh Pak RT pilihan kata itu pula dimanfaatkan sebagai sarana ajaran moral bahwa segala sesuatu hal yang akan kita lakukan harus dipikirkan secara baik-baik. Jangan merasa paling benar atau seenaknya main hakim sendiri.

b.      Pemanfaatan Kata Bahasa Asing
Kosakata yang berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Belanda dapat ditemukan dalam cerpen karya Seno Gumira Adji yaitu “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”. Bahasa Inggris digunakan sebagaimana tampak dalam kutipan berikut:
Pak RT pusing tujuh keliling. Bagaimana caranya menertibkan imajinasi? Tapi sebagai ketua RT yang berpengalaman, ia segera mengambil tindakan. Dalam rapat besar besok ia memutuskan, agar kampung itu didirikan fitness centre. Pak RT memutuskan bahwa di fitness centre itu akan diajarkan Senam Kebahagiaan Rumah Tangga yang wajib diikuti oleh ibu-ibu, supaya bisa membahagiakan suaminya di tempat tidur. Pak RT juga sudah berpikir-pikir, pembukaan fitness centre itu kelak, kalau bisa dihadiri Jane Fonda.

Kata fitness centre berasal dari bahasa Inggris yang berarti pusat kebugaran. Hadir nama tokoh asing yaitu Jane Fonda semakin menguatkan cerpen tersebut keterkaitannya dengan pusat kebugaran atau tempat kebugaran yang digambarkan oleh penulis. Secara tersirat juga dapat digambarkan bahwa penulis mengetahui popularitas sosok Jane Fonda sebagai salah satu artis Amerika dan guru senam.
Muncul pula kata sexy atau seksi (dalam ejaan bahasa Indonesia) yang berarti bentuk tubuh yang ramping atau langsing. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan imajinasi tokoh para suami yang masih terbayang dengan tokoh Zus. Seorang gadis indekost yang bisa membuat hasrat kelakian mereka memuncak walaupun melalui suara nyanyian di kamar mandi.
Ketika Pak RT membuka mata, keningnya sudah berkeringat. Dengan terkejut dilihatnya warga masyarakat yang tenggelam dalam ekstase itu mengalami orgasme.

Dari kutipan tersebut, dapat ditemukan kata ekstase dan orgasme. Kedua kata ini sebenarnya diserap dari bahasa Inggris yaitu kata ekstase yang berarti kenikmatan dalam keindahan sedangkan kata orgasme berarti puncak kenikmatan. Pemakaian kedua kata itu untuk menggambarkan keadaan biologis yang dialami oleh tokoh cerita.
Selain itu dalam cerpen ini digunakan kata indekost yang diserap dari bahasa Belanda yaitu in de kost yang berarti tinggal dan ikut makan di dalam rumah tempat menumpang. Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pergeseran istilah dari in de kost menjadi kost. Sehingga artinya berubah menjadi tempat tinggal sementara bagi orang-orang perantauan, termasuk tokoh Zus yang digambarkan oleh penulis. Hal tersebut tertuang dalam kutipan di bawah ini:
… Apa Pak RT selama ini buta kalau hampir semua suami di gang ini menjadi dingin di tempat tidur? Masak gara-gara nyanyian seorang wanita yang indekost di tempat Ibu Saeha, kehidupan seksual warga masyarakat harus terganggu? Sampai kapan semua ini berlangsung? Kami ibu-ibu sepanjang gang ini sudah sepakat, dia harus diusir!

2.2 Analisis Morfologi
Dalam cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (DMDM) karya Seno Gumira Aji Darma terdapat penyimpangan dalam bentuk morfologis. Penyimpangan itu dilakukan untuk tujuan tertentu seperti untuk menimbulkan kesan imajinatif. Seperti pada kata byar-byur-byar-byur yang merupakan tiruan dari bunyi air yang terdengar ketika seseorang sedang mandi sehingga pemilihan kata byar-byur-byar-byur dapat menimbulkan kesan imajinatif baik dari sisi audio maupun visual. Pada cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” terdapat penyimpangan dalam ranah morfologi, yaitu peniruan bunyi, pemendekan kata, dan reduplikasi.

a. Peniruan Bunyi
Penggunaan kata yang menirukan bunyi sebuah benda dapat menimbulkan kesan imajinatif bagi para pembaca.
…..Lantas byar-byur-byar-byur. Wanita itu rupa-ruapnya mandi dengan dahsyat sekali. Bunyi gayung menghajar bak mandi terdengar mantab dan penuh semangat…. (Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi)

Pilihan kata byar-byur-byar-byur merupakan tiruan bunyi air yang diguyur. Pengarang memilih untuk menggunakan onomatope byar-byur-byar-byur karena diksi itu dinilai lebih mengundang imajinasi bila dibandingkan dengan suara siraman air. Hal serupa juga terdapat pada kata klst-klst-klst untuk memberikan imajinasi bunyi sabun yang sedang digosokkan pada kulit.
Sekarang setelah mendengar sendiri suara yang serak-serak basah itu, Pak RT mesti mengakui suara itu memang bisa dianggap seksi dengan gambaran umum mengenai suara yang seksi. Meski begitu pak RT juga tahu bahwa seseorang tidak harus membayangkan pergumulan di ranjang mendengar nyanyian dari kamar mandi itu, walaupun ditambah dengan bunyi byar-byur-byar-byur, serta klst-klst-klst bunyi sabun menggosok kulit. (Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi)

Selain itu, pengarang juga menggunakan diksi jebar-jebur untuk menggambarkan cepuk air. Maksud tersirat dari onomatope yang dipilih oleh pengarang adalah untuk membangkitkan gairah dan imajinasi pembaca mengenai adegan si tokoh yang sedang mandi. Pada cerpen, pengarang menceritakan laki-laki yang begitu terimajinasi dengan suara perempuan yang sedang mandi. Begitu juga dengan pengarang yang ingin membangkitkan imajinasi para pembaca.
”Ooo itu lain sekali pak. Mereka tidak menyanyikannya di kamar mandi dengan iringan bunyi jebar-jebur. Tidak ada bunyi resluiting, tidak ada bunyi sabun menggosok kulit, tidak ada bunyi karet celana dalam. Nyanyian dikamar mandi yang ini berbahaya, karena ada unsur telanjangnya Pak! Porno! Pokoknya kalau Pak RT tidak mengambil tindakan, kami sendiri yang akan beramai-ramai melabraknya!” (Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi)


b. Pemendekan Kata
Pemendekan kata dilakukan dengan cara menghilangkan imbuhan. Penghilangan imbuhan ini banyak dilakukan oleh pengarang untuk memperlancar ucapan. Pada cerpen, pemendekan kata sering digunakan dalam dialog yang dilakukan pelaku agar ucapannya lebih singkat, akibatnya cerita menjadi lancar.

”Waktunya selalu tepat pak, tak pernah meleset,” sambung warga yang lain. (Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi)

Kalimat diatas semestinya tidak pernah meleset. Namun, bila kalimatnya seperti itu, ucapannya menjadi tidak cocok dengan suasana. Selain terkesan sangat baku, penggunaan kata tidak dinilai kurang komunikatif.
Penyingkatan bukan menjadi kan justru mampu menghidupkan suasana yang menimbulkan rasa menasaran antarorang yang sedang berdialog penggunaan kata bukan dinilai sangat formal dan kurang sesuai bila diterapkan dalam perbincangan santai di masyarakat. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

”Betul kan pak, suaranya seksi sekali ?”
”ya.”
“Betul kan Pak, suaranya menimbulkan imajinasi yang tidak-tidak?”
”Ya.”
”Betul kan Pak nyanyian di kamar mandi itu meresahkan masyarakat?”
”Boleh jadi.”
”Lho, ini sudah bukan boleh jadi lagi Pak, sudah terjadi! Apa kejadian kemarin belum cukup?”
(Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi)


c. Reduplikasi
Penggunaan reduplikasi atau bentuk ulang juga tampak pada cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”. Gabungan kata tersebut menyatakan hal yang terjadi berulang-ulang. Hal tersebut ada pada kata manggut-manggut yang seharusnya ditulis menganggut-anggut atau kegiatan mengagguk yang dilakukan berulang-ulang. Mungkin pengarang lebih memilih menggunakan diksi yang lebih dikenal oleh pembaca dan tidak terkesan terlalu formal.
Pak RT manggut-manggut dengan bijak. Ia melihat arloji. (Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi)