1.
Kalimat Reduksi
Reduksi
adalah suatu bentuk kalimat nonkanonik yang dimarkahi oleh pelesapan
konstituen. Konstituen yang lesap adalah konstituen yang memiliki informasi
lama (old information). Dilihat dari hirarkinya struktur secara
sintaksis terdapat dua jenis pelesapan, yakni pelesapan frasa dan pelesapan
klausa.
1)
Reduksi Frasa
a.
Reduksi
Frasa Nomina
Reduksi
dapat terjadi pada level frasa, yakni adanya pelesapan konstituen inti pada
level frasa sebagai bentuk kebermarkahan dari kalimat nonkanonik. Dalam reduksi
ini, pada level frasa biasanya terjadi pelesapan frasa nomina. Pelesapan dalam
frasa nomina terdiri atas dua jenis, yakni elipsis dan pro-form. Elipsis
adalah penghilangan konstituen total pada informasi lama. Sebaliknya, pro-form
menunjukkan tidak terjadi penghilangan total, tetapi yang terjadi adalah kebermarkahan
frasa nomina dengan kata ganti (pronoun).
Contoh:
(1) The girl sat down on the floor and Ө
watched the TV.
FN
‘Gadis
itu duduk di atas lantai itu dan Ө menonton TV.
(2) My father said he would help you
(pro-form).
FN
‘Ayah
saya mengatakan bahwa dia akan membantu kamu’
Pada
contoh kalimat pertama di atas terjadi pelesapan frasa. Penghilangan konstituen
di sana adalah konstituen subjek (S) yang mempunyai informasi lama, yakni
berkoreferensial dengan S pada klausa pertama. Sebaliknya, pada contoh kedua
terjadi pelesapan frasa nomina pro-form, yakni adanya pemarkah kata
ganti he ‘dia’ sebagai informasi lama dari frasa nomina sebelumnya,
yakni the girl ‘gadis itu’.
b.
Reduksi Frasa
Verba
Frasa
verba juga mungkin mengalami pelesapan. Pelesapan ini tentunya karena sudah
menjadi informasi lama di dalam struktur kalimat tersebut. Pelesapan frasa
verba terjadi pada kalimat majemuk. Pada contoh pelesapan frasa verba di bawah
ini kata kerja come ‘datang’ tidak muncul pada klausa kedua karena frasa
ini bukan informasi baru lagi.
Contoh:
(3) You can come with us if you want to
FV
‘Kamu
dapat datang dengan kami jika kamu mau‘.
c.
Reduksi
Frasa Adverbial
Sama
halnya dengan frasa-frasa lain, pelesapan frasa adverbia muncul karena frasa
ini sudah menjadi informasi yang lama di dalam susunan kalimat tersebut.
Contoh:
(4) He was born in Boston and lived
there all his life.
F Adv.
‘Dia
lahir di Boston dan tinggal di sana sepanjang hidupnya’.
2)
Reduksi Klausa
Reduksi
klausa juga mungkin terjadi di dalam suatu kalimat. Klausa-klausa yang
mengalami reduksi itu biasanya mengambil bentuk, seperti that, this,
atau it. Pada contoh di bawah ini that merupakan bentuk reduksi
dari klausa Jill informed the press. Pemarkahan klausa itu
menjadi bentuk reduksi disebabkan oleh informasi klausa itu merupakan informasi
lama sehingga untuk mempersingkat dan membuat informasi tidak monoton, maka
dipilihlah bentuk reduksi itu.
Contoh:
(5) He says Jill informed the press, but
that can be true.
‘Dia
mengatakan Jill menginformasikan ke pers, tetapi itu dapat menjadi benar’.
2.
Ekspansi Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal atas satu objek dan
satu predikat. Pada hakikatnya kalau dilihat dari unsur unsurnya,
kalimat-kalimat dasar yang sederhana, kalimat-kalimat tunggal yang sederhana
itu terdiri atas satu objek dan satu predikat. Kalimat-kalimat yang panjang itu
dapat pula ditelusuri dengan pola kalimat dasar.
1) Pola 1 adalah pola yang mengandung
subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat
itu menjadi
(6) Mahasiswa berdiskusi
S P
S P
Kalimat
mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat:
Mahasiswa
semester III sedang berdiskusi di Aula
S
P K
2) Pola 2 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat (ramah). Kalimat
itu menjadi:
(7) Dosen itu ramah
S P
Kalimat
“Dosen itu ramah” dapat diperluas menjadi kalimat:
Dosen
itu selalu ramah setiap hari
S P K
3) Pola 3 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan
(sepuluh ribu rupiah).
Kalimat
selengkapnya adalah:
(8) Harga buku itu sepuluh ribu rupiah
S P
Kalimat “Harga buku itu sepuluh ribu rupiah” diperluas menjadi:
Kalimat “Harga buku itu sepuluh ribu rupiah” diperluas menjadi:
Harga
buku gambar besar itu sepuluh ribu rupiah perbuah
S P
4) Pola 4 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (tinggalnya) dan berpredikat frasa depan yang terdiri atas
kata depan dan kata benda (di Palembang).
Kalimat
ini menjadi
(9) Tinggalnya di Palembang
S
P
Kalimat tinggalnya di Palembang dapat diperluas menjadi kalimat:
Sejak
dua tahun yang lalu tinggalnya di Palembang bagian selatan
K S P
5) Pola 5 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (mereka) berpredikat kata kerja
(menonton)
dan bersubjek kata benda (film). Kalimat itu menjadi:
(10)
Mereka
Menonton Film
S P O
Kalimat
mereka menonton film dapat diperluas menjadi kalimat:
Mereka
dengan rombongannya menonton film detektif
S P
O
6) Pola 6 adalah pola kalimat yang
terdiri atas subjek kata benda (paman), predikat kata kerja (mencarikan), objek
(O) kata benda (saya) dan pelengkap (pel), kata benda (pekerjaan). Selengkapnya
kalimat itu menjadi:
(11)
Paman
mencarikan saya pekerjaan
S P
O Pel
Kalimat
Paman mencarikan saya pekerjaan dapat diperluas menjadi:
Paman
tidak lama lagi akan mencarikan saya, keponakan tunggalnya Pekerjaan
S P O Pel
7) Pola 7 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (Rustam) dan berpredikat kata benda (peneliti). Baik
subjek maupun predikat. Keduanya kata benda. Kalimat itu selengkapnya menjadi
(12)
Rustam
Peneliti
S P
Kalimat
Rustam peneliti dapat diperluas menjadi:
Rustam,
anak pak camat, adalah seorang peneliti
S P
Memperluas kata tidak hanya terbatas
seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kalimat tunggal seperti itu
diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Selain sebagian inti (subjek, predikat, objek dan pelengkap) ada juga bagian bukan inti yang memperlengkap makna kalimat. Bagian bukan inti disebut keterangan.
Selain sebagian inti (subjek, predikat, objek dan pelengkap) ada juga bagian bukan inti yang memperlengkap makna kalimat. Bagian bukan inti disebut keterangan.
Pada umumnya kehadiran keterangan
dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlakukan sebagai unsur yang
tidak wajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna
sendiri.
Contoh:
a. Mereka membunuh binatang buas itu.
b. Mereka membunuh binatang buas itu
dipinggir hutan.
Meskipun kalimat (a) hanya terdiri
atas unsur wajib saja, dari segi makna kalimat itu telah dapat memberikan makna
yang utuh. Untuk (a) kita dapati sekelompok orang melakukan perbuatan membunuh
terhadap binatang buas. Namun ada keterangan lain yang dapat ditambahkan agar
berita yang disampaikan itu mengandung makna yang lebih lengkap. Pada (b) kita
telah menambahkan tempat peristiwa pembunuhan itu, yakni di pinggir hutan.
Bahasa Indonesia lazim dibedakan Sembilan macam keterangan, yakni keterangan waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat, perbandingan/kemiripan, sebab dan kesalingan. Perluasan kalimat tunggal dengan penambahan keterangan bentuk terbatas pada penambahan keterangan yang berupa kata atau frasa.
Bahasa Indonesia lazim dibedakan Sembilan macam keterangan, yakni keterangan waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat, perbandingan/kemiripan, sebab dan kesalingan. Perluasan kalimat tunggal dengan penambahan keterangan bentuk terbatas pada penambahan keterangan yang berupa kata atau frasa.
Perluasan kalimat tunggal terdiri
dari Sembilan macam keterangan, antara lain:
1. Keterangan Waktu
2. Keterangan Tempat
3. Keterangan Tujuan
4. Keterangan Cara
5. Keterangan Penyerta
6. Keterangan Alat
7. Keterangan Similatif
8. Keterangan Penyebaban
9. Keterangan Kesalingan
1. Keterangan Waktu
2. Keterangan Tempat
3. Keterangan Tujuan
4. Keterangan Cara
5. Keterangan Penyerta
6. Keterangan Alat
7. Keterangan Similatif
8. Keterangan Penyebaban
9. Keterangan Kesalingan
1. Keterangan Waktu
Keterangan
waktu menjelaskan dapan saat terjadinya suatu peristiwa. Fungsi keterangan
disisi oleh:
(a)
kata tunggal (kemarin, lusa, nanti dan sekarang);
(b) Frasa Nominal (pagi-pagi,
malam-malam, kemarin, dulu, sebentar lagi dan tidak lama kemudian);
(c) Frasa Profesional yang
berkonstruksi:
di/dari/sampai/pada/sesudah/sebelum/ketika/sejak/buat/untuk+nomina
tertentu yang berciri (pukul, tanggal, hari, bulan, tahun, zaman, massa, malam,
permulaan, akhir pertunjukan, siang bolong dan pagi).
Contoh:
Disaat
itu kamu belum lahir
Jatah
beras ini untuk bulan depan
Kita
pada akhir pertunjukan harus berkumpul dulu.
2. Keterangan Tempat
Keterangan
tempat adalah keterangan yang menunjukan tempat terjadinya peristiwa atau
keadaan. Berbeda dengan keterangan waktu, keterangan hanya dapat diisi oleh frasa
professional. Proposisi yang dipakai, antara lain: di, ke, dari, sampai dan
pada. Sesudah proposisi itu terdapat kata yang mempunyai ciri tempat: disini,
di sana, di situ, dari sana, dari sini ke mana, dari situ dan sebagainya.
Contoh:
1) a. Dia mengerjakan soal itu sampai pukul lima
1) a. Dia mengerjakan soal itu sampai pukul lima
b. Dia mengerjakan soal itu sampai nomor lima
2) a. saya akan menemanimu sampai hari Minggu
b. Saya akan menemanimu sampai jembatan gantung pukul lima
dan hari minggu
Pada (1.a) dan (2.a) mempunyai ciri semantik yang menyatakan
waktu, sedangkan nomor lima dan jembatan gantung pada (1.b) dan (2.b)
mengandung cirri tempat. Karena cirri itulah penambahan proposisi sampai
menimbulkan keterangan yang berbeda-beda. Tidak mustahil bahwa kedua makna itu
terdapat dalam satu frasa yang sama.
3. Keterangan Tujuan
Keterangan
tujuan adalah keterangan yang menyatakan arah, jurusan atau maksud perbuatan
atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa proposisional
dan proposisi yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk dan buat.
Contoh:
Contoh:
a.
Dia
bersedia berkorban demi kepentingan Negara
b.
Marilah
kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur
c.
Dia
memang mempunyai tekad besar untuk merantau.
4. Keterangan Cara
Keterangan
cara adalah keterangan yang menyatakan suatu peristiwa berlangsung. Seperti
halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa
proposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (sebagian menyatakan kekerapan)
adalah, misalnya: seenaknya, semaunya, secepatnya, sepenuhnya dan sebaliknya.
Letak keterangan itu pada umumnya sesudah predikat atau objek (kalau ada),
tetapi ada juga yang muncul diawal atau akhir kalimat.
Contoh:
Dia
berbicara seenaknya dengan atasannya.
Kamu
boleh mengambil kue semaumu.
Masalah
itu harus diselesaikan secepatnya.
5. Keterangan Penyerta
Keterangan
ini menyatakan adanya atau tidak adanya orang yang menyertai orang lain dalam
melakukan suatu perbuatan. Yang pertama dari bentuk keterangan ini adalah kata
tunggal sendiri, yang lain adalah bentuk yang berkonstruksi: proposisi dengan,
tanpa, bersama, serta, beserta, yang diikuti kata atau frasa tertentu. Kata
tertentu itu harus merupakan benda bernyawa atau dianggap bernyawa.
Contoh:
Contoh:
Abraham
Lincon sendiri yang menyusun deklarasi itu.
Malam
Minggu ini ia duduk sendirian di atas.
Tanpa
Istrinya ia menghadiri pesta ini.
Ia
berjuang bersama pengikutnya.
6. Keterangan Alat
Keterangan
ini menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan.
Pengertian alat disini tidak harus konkret. Wujudnya selalu frasa preposisional
yang berasal dari dengan dan tanpa.
Contoh:
Kami
ke kantor dengan sepeda ini saja.
Tanpa
denganmu, aku pasti tidak berhasil.
7. Keterangan Similatif
Keterangan
similatif menyatakan kesetaraan atan kemiripan antara suatu keadaan, kejadian
atau perbuatan, dengan kejadian keadaan dan perbuatan lainnya. Wujud frasanya
selalu berawal dari preposisi seperti laksana atau sebagai.
Contoh:
Tekadnya
untuk merantau laksana gunung kirang
Bertindaklah sebagai satria sejati!
8. Keterangan Penyebab
Keterangan
yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian atau
perbuatan disebut keterangan penyebaban. Wujudnya adalah frasa preposisional
yang berawal dari karena atau sebab.
Contoh:
Banyak
pemimpin yang jatuh sebab wanita
Gaji
terasa kurang terus karena inflasi
9. Keterangan Kesalingan
Bila
suatu keterangan menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan secara silih
berganti, maka keterangan itu layak untuk disebut sebagai keterangan
kesalingan. Wujudnya adalah satu sama lain dan hanya itu.
Contoh:
Kedua anak itu satu sama lain tidak ada yang mau mengalah.
Kedua anak itu satu sama lain tidak ada yang mau mengalah.
Ketua
dan sekretaris organisasi tidak boleh membenci satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Swandana,
I Wayan. 2011. “Kalimat
Bermarkah dalam Bahasa Inggris pada Novel Desecration”. Tesis. Unud.
Perluasan
Kalimat Tunggal. http://makalah85.blogspot.com/2009/01/perluasan-kalimat-tunggal.html. (diunduh pada tanggal 6 November
2012 pukul 09.30 WIB).
Penggabungan
dan Perluasan Kalimat. http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/penggabungan-dan-perluasan-kalimat.html. (diunduh pada tanggal 6 November
2012 pukul 09.30 WIB).
0 komentar:
Posting Komentar