Sabtu, 03 November 2012

TEORI BELAJAR BAHASA


BAB I
PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang Masalah
                Pemerolehan bahasa oleh anak merupakan suatu proses menakjubkan yang terjadi sangat singkat dan menjadi perhatian oleh para pembelajar bahasa dan ahli psikolinguistik. Pemerolehan bahasa yang terjadi pada manusia tanpa disadari itu merupakan proses yang rumit tetapi mampu dilalui hanya dalam hitungan waktu. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapa pun seorang bayi akan tumbuh bersama dengan pertumbuhan bahasanya. Pemerolehan bahasa yang terjadi berawal dari mengujarkan satu bentuk bunyi yang akan berkembang menjadi ujaran kata, dua kata bahkan menjadi kalimat yang kompleks akan diperoleh anak hanya dalam waktu kurang lebih lima tahun.
                Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa teori yang mempunyai perbedaan dalam pendapat masing-masing, dan merekan mempunyai dasar yang mampu menguatkan pendapat mereka.Adapun kelompok yang berpendapat tentang teori belajar bahasa, pertama teori behavioris yang berorientasi pada psikologi behaviorisme, yang kedua teori generatif yang berdasarkan pada teori nativisme dan teori kognitivisme, dan yang ketiga teori fungsional yang mengacu pada teori psikologi konstruktivisme.
                Ketiga teori tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam ilmu bahasa yang berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa atau pemebelajaran bahasa. Berdasar pada ketiga teori tersebut, maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai ketiga teori tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

1.       Teori Behavioris
                Behaviorisme adalah salah satu aliran psikologi yang berpengaruh di masyarakat ini.Behaviorisme mengikuti metode eksperimen penelitian ilmiah yang menjadi perhatian adalah segala hal yang dapat diamati secara ilmiah.Kaum behavioris berpendapat bahwa bahasa merupakan bagian fundamental dari keseluruhan perilaku manusia.Pendapat ini diperkuat oleh Jenkins dan Palermo (1964), yang menyatakan bahwa anak mungkin memperoleh kerangka tata bahasa struktur frase dan belajar ekuivalensi stimulus respon yang dapat diganti dalam tiap kerangka.Imitasi merupakan sesuatu yang penting karena untuk menentukan hubungan stimulus respon.
                Pendapat para ahli psikologi behaviorisme yang menekankan pada observasi empiric dan metode ilmiah hanya dapat menjelaskan keajaiban pemerolehan bahasa dan ranah kajian bahasa yang sangat luas belum dapat tersentuh dan hany adapat diogali dengan pendekatan yang lebih dalam.

2.       Teori Generatif
                Teori generatif menggunakan pendekatan rasionalitik, maksudnya adalah mencari penjelasan yang gamblang dan jelas tentang rahasia pemerolahan danbelajar bahasa.Ada dua tipe teori generatif yang dikenal dalam penelitian bahasa, kedua teori tersebut yaitu:
a.    Nativisme
                Istilah nativisme muncul dari pernyataan bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat.Sejak manusia lahir itu sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa. Teori tentang bakat bahasa ini mendapatkan banyak penguatan, salah satunya Eric Lenneberg (1967) bahwa bahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa cara pamahaman tertentu, pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa lain yang berhubungan ditentukan secara biologis. Chomsky (1965) menyatakan bahwa eksisitensi bakat tersebut bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu yang singkat.Selain itu, Chomsky juga menyatakan bahwa bakat bahasa itu terdapat dalam kotak hitam (black box) yang disebutnya sebagai language acquisition device (LAD) atau piranti pemerolehan bahasa.
                McNeill mendeskripsikan LAD terdiri atas empat bakat bahasa, yakni:
a)      kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain dalam lingkungannya;
b)       kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam;
c)       pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang lain yang tidak mungkin;
d)      kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang diperoleh.
Untuk memahami dengan baik konsep LAD, diperlukan praktek dengan anak-anak yang ada di lingkungan sekitar anda. Misalnya anak yang berusia 2,5 tahun sudah mampu membedakan bunyi bahasa yang berasal dari alat ucap manusia dengan bunyi lain, yaitu bunyi tokek, anjing, kucing dll. Hal ini membuktikan bahwa manusia telah diakaruniai bakat sejak lahir, kemampuan untuk dapat membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi lain yang ada di sekitarnya.
                Kemampuan manusia yang ada sejak lahir yaitu bakat memilki pengetahuan tentang kalimat yang mungkin dan yang tidak mungkin bisa dicontohkan saat anak dininabobokkan yaitu anak mampu mengganti “digigit nyamuk” dengan “dididit aum” (aum maksudnya harimau). Selain itu kemampuan untuk membedakan kalimat yang gramatikal dan kalimat yang tidak gramatikal juda meruupakan bakat bawaan manusia. Kemudian dalam perkembangannya manusia juga mengevaluasi sistem bahasa yang diujarkan secara terus-menerus yang pada akhirnya menjdi bentuk yang diterim oleh lingkungan, contohnya adalah ketika anak masih kecil belum mampu untuk mengucapkan bunyi [l, r] lambat laun ia akan terus berusaha untuk mengucapkannya menjadi ucapan yang semestinya.
                Argumantasi McNeill tentang LAD begitu tepat dan langsung sasaran, karena menurutnya teori stimulus-respon itu terbatas, sehingga maslah pemerolehan dan pembelajarab bahasa akanjauh dari jangkauan. Proposisi LAD mengarah pada aspek rawan pemerolehan bahasa, yaitu aspek makna, keabstrakan, dan kreativitas.
                Kaum nativistis juga berpendapat bahw abahasa anak adalah sistem yang sah dalam sistem mereka.Perkembangan anak sedikit demi sedikit Perkembangan bahasa anak itu dalam setiap tahapan itu sisitemik, maksudnya anak secara terus-menerus membentuk hipotesis dengan dasar masukan yang diterimanya dankemudian mengujinya dalam ujarannya sendiri dan pemahamannya. Selam bahasa anak itu berkembang, hipotesis itu akan terus direvisi, dibentuk lagi secara konsisiten diucapkannya. 
                Jean Berko (1965) menunjukkan bahwa belajar bahasa itu bukan sebagai urutan yang terpisah-pisah,tetapi sebagai system yang integral. Berko melakukanpenelitian dengan menggunakan tes kosakata yang tak bermakna, dan menemukan bahwa anak berbicara bahasa Inggris sejak usia 4 tahun mnerapkan kaidah pembentukan jamak, present progressive, past tense, tunggal ketuga dan posesif.
                McNeill dan kawan-kawannya menyajikan tentang hakikat pemerolehan bahasa anak secara sistemik.Tata bahasa merupakan representasi formal dari struktur batin, struktur yang tidak terwujud secara nyata dalam ujaran.Tata bahasa awal aak mengacu pada tata bahasa tumpu (pivot grammar).Berdasarkan observasi, ujaran anak satu dua kata mula-mula merupakan perwujudan dua kelas kata terpisah dan bukan hanya dua kata yang dilemparkan secara bersamaan secara acak.Berikut adalah kaidah pertama bagi tata bahasa generatif.

                Kalimat ------kata tumpu + kata terbuka 

                Pendekatan nativisme kepada bahasa anak sekurang-kurangnya mempunyai dua sumbangan penting untuk memahami proses pemerolehan bahasa pertama, yakni:
1)      bebas dari keterbatasan daro metode ilmiah untuk menjelajah sesuatu yang tidak tampak, tak dapat diobservasi, berada di bawah permukaan, tersembunyi, struktur kebahasaan yang bastrak yang dikembangkan oleh anak;
2)      deskripsi bahasa anak sebagai system yang sah, taat kaidah, dan konsisten; dan
3)      konstruksi sejumlah kekayaan potensian dari tata bahasa universal.  
b. Kognitivisme
Kerangka nativis pun masih mempunyai kelemahan-kelemahan. Akhir tahun 60-an merupakan saksi pergeseran kontinuum, tetapi bergerak lebih pada hakikat bahasa. Slobin (1971) mengatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantic bergantung pada perkembangan kognitif. Urutan perkembangan itu lebih ditentukan oleh kompleksitas semantic daripada kompleksitas struktural. Bloom (1976) menyatakan bahwa penjelasan perkembangan bahasa bergantung pada penjelasan kognitif yang terselubung. Apa yang diketahui anak akan menentukan kode yang dipelajarinya untuk memahami pesan dan menyampaikannya.

3. Teori Fungsional
Munculnya konstruktivisme dalam dunia psikologi, dalam tahun-tahun terakhir ini menjadi lebih jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik di bawah gagasan kognitif dan struktur ingatan. Penelitian bahasa anak-anak mulai memusatkan perhatiannya pada bagian linguistik yang paling rawan, yakni fungsi bahasa dalam wacana. Gelombang baru ini merupakan revolusi penelitian dalam pembelajaran dan pemerolehan bahasa. Jantung bahasa fungsi komunikatif diteliti sampai dengan segala variabilitasnya.
Para peneliti mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan afektif untuk dapat menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain, dan juga untuk keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Lebih lagi kaidah generatif yang diusulkan di bawah naungan kerangka nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit, dan logis; meskipun sebenarnya kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dalam dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.

a.         Kognisi dan Perkembangan Bahasa
Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu daripada kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada dua yang menentukan model: (1) pada aras fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif dan konseptual, yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin kognisi; dan (2) pada aras formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemrosesan informasi, yang bekerja dalam konjungsi dalam skema batin tata bahasa.

b.        Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa
Akhir-akhir ini semakin jelaslah bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa konstruktivis sosial menekankan perspektif fungsional. Dalam model resiprokalnya tentang perkembangan bahasa, Holzman (1984) menyatakan bahwa sebuah sistem behavioral resiprokal bekerja di antara bahasa yang dikembangkan bayi-anak dan pengguna bahasa dewasa yang kompeten di alam peran socializing-teaching-nurturing. Beberapa penelitian mengkaji interaksi antara pemerolehan bahasa anak dan pembelajaran tentang bagaimana sistem itu bekerja di dalam perilaku manusia. Kajian yang lain tentang bahasa anak terpusat pada komunikasi interaksi bahasa, yang merupakan kawasan kajian yang rawan, yakni fungsi bahasa dalam wacana. Bahasa pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu, kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa: apa yang diketahui anak tentang berbicara dengan ank-anak yang lain? Tentang bulir-bulir wacana yang berhubungan (hubungan antara kalimat-kalimat; interaksi antara pendengar dan pembicara; isyarat percakapan. Dalam perspektif semacam itu, jantung bahasa, fungsi pragmatic dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.


4. Isu penting dalam Pembelajaran Bahasa
a.         Kompetensi dan Performansi
kompetensi mengacu pada pengetahuan yang mendasari sistem, peristiwa, atau tindakan. Kompetensi itu tidak dapat diobservasi. Performansi merupakan perwujudan atau realisasi kompetensi yang dapat diamati secara jelas. Kompetensi merupakan suatu perbuatan aktual seperti berjalan, menyanyi, menari, dan berbicara. Dalam masyarakat teknologi perbedaan kompetensi dan performansi digunakan dalam semua sisi kehidupan, misalnya, diasumsikan anak-anak memiliki komptenesi tertentu bahwa kompetensi itu dapat diukur dan dinilai dengan teknik observasi dari sampel yang dipilih dengan apa yang disebut tes atau ujian.

b.        Komprehensi dan Produksi
Komprehensi dan produksi dapat merupakan aspek performansi maupun kompetensi. Mitos yang tersebar selama ini dalam pembelajaran bahasa adalah anggapan bahwa komprehensi, yakni menyimak dan membaca, sama dengan kompetensi, dan produksi, yakni berbicara dan menulis sama dengan performansi. Perlu diketahui bahwa masalah bukanlah demikian itu. Produksi tentu saja dapat diamati secara lebih langsung, tetapi komprehensi juga merupakan performansi seperti halnya produksi (kalau kita pinjam istilah Ferdinand de Sassure adalah keinginan bertindak).

c.         Dasar versus Ajar (nature versus nurture)
Kaum nativis yakin bahwa anak itu sejak lahir sudah diberi bakat bawaan yang disebut piranti pemerolehan bahasa (language acquisition device), atau tata bahasa universal (universal grammar). Hipotesis bakat bawaan ini mungkin merupakan pemecahan masalah atas kontradiksi yang berkembang dalam alirah behaviorisme yang menyatakan bahwa bahasa itu adalah seperangkat kebiasaan yang dapat diperoleh melalui proses kondisioning dan penguatan. Namun, harus diakui bahwa kondisioning semacam ini terlalu lamban dan tidak efisien, serta kurang dapat dipertanggungjawabkan untuk sebuah proses pemerolehan bahasa yang begitu kompleks.

d.        Kesemestaan
Linguis structural sangat yakin bahwa bahasa itu dapat berbeda-beda satu dengan yang lain tanpa batas. Sebaliknya linguis generatif transformasi yang dipelopori oleh Chomsky sangat percaya bahwa ada kesemestaan bahasa, ada tata bahasa universal. Kalau tidak, bagaimana seorang anak dapat belajar bahasa apapun yang dipajankan padanya?kenyataannya anak-anak di dunia ini belajar bahasa dengan cara yang hampir sama. Anak-anak memperoleh /p/ dan /b/, kemudian /t/ dan /d/ baru kemudian memperoleh /k/ dan /g/. Begitu juga anak akan memproduksi kalimat satu kata dulu, baru dua kata, dan kemudian tiga kata.

e.        Sistemasitas dan Variabilitas
Asumsi yang muncul dalam pemerolehan bahasa anak adalah sistemasitas proses pemerolehan. Dari tata bahasa tumpu (atau tata bahasa pivot) sampai pada ujaran tiga atau empat kata, serta sampai pada kalimat lengkap yang hampir tak dapat ditentukan panjangnya, anak menunjukan kemampuan yang luar biasa untuk menyususn kaidah tentang fonologi, struktur, leksikal, serta semantik suatu bahasa. Proses belajar anak itu bervariasi. Penguasaan bunyi-bunyi bahasa mungkin urutannya dapat diramalkan dan bersifat universal. Tetapi, kapan anak memperoleh, tepatnya waktunya kapan, dari anak sangat bervariasi.

f.          Bahasa dan Pikiran
Menurut pandangan behavioristik, kognisi tak layak dibahas karena terlalu berbau mentalistik dan tidak dapat diamati secara langsung. Padahal menurut Piaget (1972) perkembangan kognitif merupakan organism manusia yang paling utama dan bahwa bahasa bergantung pada dan bersemi karena perkembangan kognitif.
Isu yang penting di sini adalah bagaimanakah bahasa itu mempengaruhi pikiran dan bagaimanakah pikiran itu juga mempengaruhi bahasa. Yang jelas adalah bahwa bahasa itu ialah pandangan hidup kita, bahasa adalah fondasi keberadaan kita, dan berinteraksi secara simultasn dengan pikiran dan perasaan.

g.         Imitasi (Peniruan)
Penelitian menunjukkan bahwa anak adalah peniru yang baik. Peniruan merupakan strategi yang penting yang digunakan anak dalam pemerolehan bahasa. Kesimpulan itu tidak akurat dalam tataran global. Memang, penelitian menunjukkan bahwa strategi peniruan merupakan strategi yang banyak digunakan pada awal perkembangan bahasa anak.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Adapun simpulan dalam makalah ini sebagai berikut.
1)      Kaum behavioris yakin bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembiasaan dan pembentukan kebiasaan. Proses pembelajaran yang penting adalah adanya stimulus dan respons dan adanya penguatan.
2)      Teori generatif menggunakan pendekatan rasionalitik, maksudnya adalah mencari penjelasan yang gamblang dan jelas tentang rahasia pemerolahan danbelajar bahasa. Ada dua tipe teori generatif yang dikenal dalam penelitian bahasa, kedua teori tersebut yaitu nativisme dan kognitivisme. Teori generatif menyatakan bahwa manusia lahir dengan bakatnya.
3)      Teori fungsional menekankan pandangan bahwa bahasa merupakan perwujudan kemampuan kognitif dan afektif, untuk menyiasati dunia, untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan untuk diri sendiri; serta menngkaji fungsi bahasa menjadi pumpunan para penganut fungsional.
4)      Beberapa isu pentinmg yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa, yaitu:
a.       kompetensi dan performasi
b.      komprehensi dan produksi
c.       ajar versus dasar
d.      tata bahasa universal
e.      sistematisitas dan variabilitas
f.        bahasa dan pikiran
g.       peniruan (imitasi)
h.      masukan
i.         wacana

1 komentar:

Posting Komentar