Selasa, 18 Juni 2013

Sosiolinguistik : Analisis Lima Tuturan dalam Film AADC (Analisis Sederhana)


Setting                       : di lapangan sekolah
Deskripsi Suasana  : seorang guru membacakan hasil pengumuman pemenang lomba tulis puisi

1.   Guru                     :  Anak-anak, tujuan lomba menulis puisi yang setiap tahun telah kita adakan adalah agar kita tetap sadar bahwa kita memiliki satu kekayaan yang tidak ternilai harganya, yaitu bahasa Indonesia.
2.    Karmen              :  (berbicara pada Cinta) Ta, loe pasti menang deh, yakin.
3.    Cinta                    :  Ah masa sih (tersipu malu)
4.    Guru                    :  Dan, dewan juri yang diketuai oleh Taufik Bagaskoro alias saya sendiri.
5.    Milly                    :  I love you, Pak Taufik!
6.    Guru                    :  I love you too. (Milly celingukan) telah diputuskan bahwa pemenangnya adalah Rangga.
Para siswa kecewa karena pemenangnya bukan Cinta, yang sudah sering menjuarai lomba menulis puisi. Sementara itu, Rangga sebagai pemenang tidak kunjung datang.

Analisis:
Pada tuturan (5) Milly melakukan campur kode kepada Pak Taufik (guru) yaitu:  ‘I love you, Pak Taufik!’, tuturan I love you yang merupakan bahasa Inggris kemudian dirangkai dengan frasa ‘Pak Taufik’ yang merupakan sapaan dalam bahasa Indonesia. Tuturan  yang dilakukan Milly tentu saja bermaksud untuk meledek gurunya, ia tak akan menyangka bila Pak Taufik akan membalas ucapannya seperti pada tuturan (6) ‘I love you too. (Milly celingukan) telah diputuskan bahwa pemenangnya adalah Rangga.’ Pak Taufik juga melakukan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pada tuturan ‘I love you too’, diucapkan Pak Taufik untuk membalas tuturan Milly yang menggunakan bahasa Inggris. Setelah menjawab tuturan Milly, Pak Taufik pun melakukan campur kode dalam bahasa Indonesia ketika mengumumkan pemenang lomba tulis puisi yaitu pada tuturan ‘telah diputuskan bahwa pemenangnya adalah Rangga.’



Setting                       : di perpustakaan.
Deskripsi Suasana    : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.

1.    Cinta                     : Rangga ya? Gue mau ngucapin selamat ya buat elo.
2.    Rangga                 : Selamat kenapa?
3.    Cinta                     : Sebagai pemenang lomba puisi taun ini.
4.    Rangga                 : Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi pemenang.  Maaf ya saya lagi baca.
5.    Cinta                     : Gue kan belum selesai ngomong.
6.    Rangga                 : Baru saja saya melempar polpen ke muka orang gara-gara dia berisik di ruang ini. Saya nggak mau polpen itu balik ke muka saya gara-gara saya berisik sama kamu.
7.    Cinta                     : Gue pingin ngomong sebentar kok.

Analisis
Berdasarkan percakapan antara Rangga dan Cinta, Rangga menggunakan ragam bahasa baku (Ragam H) untuk mengatakan kata ganti bagi dirinya dan mitra tutur ketika bercakap-cakap dan beberapa kata, walaupun Cinta sebagai mitra tuturnya menggunakan ragam bahasa gaul (Ragam L). pada tuturan (1) Cinta memulai pembicaraan pada Rangga dengan tuturan ‘Rangga ya? Gue mau ngucapin selamat ya buat elo’. Cinta menggunakan ragam L yaitu dengan menggunakan diksi ‘gue’ untuk menyebut dirinya, dan ‘elo’ untuk menyapa orang lain. Hal tersebut merupakan tuturan yang biasa diucapkan anak remaja di Jakarta. berbeda dengan cinta, Rangga menggunakan diksi ‘saya’ untuk menyebut dirinya, dan ‘kamu’ untuk menyapa orang lain, hal tersebut terlihat pada tuturan (4) ‘saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi pemenang.  Maaf ya saya lagi baca’ dan (6) ‘Baru saja saya melempar polpen ke muka orang gara-gara dia berisik di ruang ini. Saya nggak mau polpen itu balik ke muka saya gara-gara saya berisik sama kamu.’ Rangga menggunakan tuturan yang mengandung diglosia ragam H yang memiliki fungsi sosial yaitu untuk menciptakan jarak dengan mitra tuturnya agar dirinya tidak diganggu.



Setting                       : di luar perpustakaan.
Deskripsi Suasana    : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.

Cinta dan Rangga keluar ruangan.
1.    Cinta                     : Ngapain di luar? Di sini aja deh.
2.    Rangga                 : Ya udah deh, cepetan. Mau ngomong apaan?
3.    Cinta                     : Mading mau mewawancara elo.
4.    Rangga                 : Buat apa?
5.    Cinta                     : Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi taun ini.
6.    Rangga                 : Tapi saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah ikutan lomba puisi.
7.    Cinta                     :  Ya, terserah elo deh. Tapi, menurut jurinya elo yang menang.
8.    Rangga                 :  Ya kalau gitu wawancara dewan jurinya.
9.    Cinta                     :  Ha? Maksud elo?
10. Rangga                 :  Ya, jelas kan kata-kata gue!
11. Cinta                     :  Jadi elo nggak mau di wawancara nih?
12. Rangga                 :  Nggak!



Analisis
Rangga menggunakan diglosia ragam bahasa baku (Ragam H) hanya untuk kata ganti bagi diri sendiri dan kata ganti untuk mitra tutur, yaitu dengan sapaan ‘saya’ dan ‘kamu’ seperti pada tuturan (6) ‘Tapi saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah ikutan lomba puisi’. Berbeda dengan Cinta yang menggunakan kata ganti ‘gue’ dan ‘loe’ untuk menyapa dirinya dan mitra tuturnya. Cinta sengaja menggunakan ragam tidak baku (Ragam L) karena dia ingin mengajak Rangga untuk lebih komunikatif dan menjalin kedekatan sebagai teman sebaya.


Setting                       : di sekolahan
Deskripsi Suasana   : Rangga kehilangan buku “Aku” Kusumanjaya.

1.    Krebo                  : Men, loe nyari apaan loe men?
2.    Rangga               : Nyari buku, judulnya “Aku.” Lihat nggak?
3.    Krebo                  : Gue sih ngertinya komik.

Analisis
Pada tuturan (1) yang diucapkan Krebo ‘Men, loe nyari apaan loe men?’ merupakan tuturan yang mengandung campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yakni dengan menggunakan diksi ‘Men’ untuk menyebut rekan laki-lakinya. Sapaan itu memiliki fungsi sosial untuk menimbulkan keakraban dan kesan sebagai anak yang dianggap “gaul”.


Setting                       : di kantin.
Deskripsi Suasana  : membicarakan keterlembatan Cinta.

1.    Maura                 :  Loe telat amat sih hari ini?
2.    Cinta                    :  Hai girl?
3.    Maura                 :  Kagak mau on time. Kenapa sih akhir-akhir ini telat melulu?
4.    Karmen              :  Tau loe. Predikat bangun siang siang kan punya gue, Ta?
5.    Maura                 :  Jangan berebut gitu dong. Ketawa sih elo, Ta. Apaan?
6.    Cinta                    :  Marah ya, predikatnya diambil? Nggak tau gue akhir-akhir ini. Gue rada-rada nggak bisa tidur gitu, tau nggak sih loe


Analisis
Cinta melakukan tuturan dengan menggunakan campur kode dengan bahasa Inggris ketika menyapa teman-teman perempuannya yaitu (2) ‘Hai girl?’, tuturan ini memiliki fungsi sosial yaitu agar ia memiliki kedekatan dengan teman-temannya. Begitu juga yang terjadi pada Maura, ia juga melakukan campur kode, yakni bahasa betawi dan bahasa Inggris (3) ‘Kagak mau on time. Kenapa sih akhir-akhir ini telat melulu?’. Maura menggunakan diksi dari bahasa Betawi yaitu ‘kagak’ yang berarti ‘tidak’ dan diksi dari bahasa Inggris yaitu ‘on time’ yang berarti ‘tepat waktu’. Campur kode yang dilakukan Mauren dapat berupa kebiasaan menggunakan kata dalam bahasa asing yaitu on time yang memang sudah lazim digunakan untuk menyebut kata ‘tepat waktu’. Selain itu, diksi ‘kagak’ yang merupakan bahasa Betawi merupakan campur kode yang dilakukan karena terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitar yang sebagian berbahasa Betawi, sebab setting tuturan itu berada di Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar