Setting
:
di lapangan sekolah
Deskripsi
Suasana : seorang guru membacakan hasil pengumuman pemenang lomba
tulis puisi
1. Guru : Anak-anak, tujuan lomba menulis puisi yang
setiap tahun telah kita adakan adalah agar kita tetap sadar bahwa kita memiliki
satu kekayaan yang tidak ternilai harganya, yaitu bahasa Indonesia.
2.
Karmen : (berbicara pada Cinta) Ta, loe pasti menang
deh, yakin.
3. Cinta : Ah masa sih (tersipu malu)
4.
Guru : Dan, dewan juri yang diketuai oleh Taufik
Bagaskoro alias saya sendiri.
5.
Milly : I love
you, Pak Taufik!
6.
Guru : I love
you too. (Milly celingukan) telah diputuskan bahwa pemenangnya adalah
Rangga.
Para siswa kecewa karena pemenangnya bukan Cinta, yang sudah sering
menjuarai lomba menulis puisi. Sementara itu, Rangga sebagai pemenang tidak
kunjung datang.
Analisis:
Pada tuturan (5) Milly melakukan campur kode kepada
Pak Taufik (guru) yaitu: ‘I love you, Pak Taufik!’, tuturan I love you yang merupakan bahasa Inggris
kemudian dirangkai dengan frasa ‘Pak Taufik’ yang merupakan sapaan dalam bahasa
Indonesia. Tuturan yang dilakukan Milly
tentu saja bermaksud untuk meledek gurunya, ia tak akan menyangka bila Pak
Taufik akan membalas ucapannya seperti pada tuturan (6) ‘I love you too. (Milly celingukan) telah diputuskan bahwa
pemenangnya adalah Rangga.’ Pak Taufik juga melakukan campur kode antara bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Pada tuturan ‘I
love you too’, diucapkan Pak Taufik untuk membalas tuturan Milly yang
menggunakan bahasa Inggris. Setelah menjawab tuturan Milly, Pak Taufik pun
melakukan campur kode dalam bahasa Indonesia ketika mengumumkan pemenang lomba
tulis puisi yaitu pada tuturan ‘telah diputuskan bahwa pemenangnya adalah
Rangga.’
Setting
: di perpustakaan.
Deskripsi
Suasana : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis
puisi.
1.
Cinta : Rangga ya? Gue mau ngucapin selamat ya buat elo.
2.
Rangga : Selamat kenapa?
3.
Cinta : Sebagai pemenang lomba puisi taun ini.
4.
Rangga : Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi
pemenang. Maaf ya saya lagi baca.
5.
Cinta : Gue kan belum selesai ngomong.
6.
Rangga : Baru saja saya melempar polpen ke muka orang gara-gara
dia berisik di ruang ini. Saya nggak mau polpen itu balik ke muka saya
gara-gara saya berisik sama kamu.
7.
Cinta : Gue pingin ngomong sebentar kok.
Analisis
Berdasarkan
percakapan antara Rangga dan Cinta, Rangga menggunakan ragam bahasa baku (Ragam
H) untuk mengatakan kata ganti bagi dirinya dan mitra tutur ketika
bercakap-cakap dan beberapa kata, walaupun Cinta sebagai mitra tuturnya
menggunakan ragam bahasa gaul (Ragam L). pada tuturan (1) Cinta memulai
pembicaraan pada Rangga dengan tuturan ‘Rangga ya? Gue mau ngucapin selamat ya
buat elo’. Cinta menggunakan ragam L yaitu dengan menggunakan diksi ‘gue’ untuk
menyebut dirinya, dan ‘elo’ untuk menyapa orang lain. Hal tersebut merupakan tuturan
yang biasa diucapkan anak remaja di Jakarta. berbeda dengan cinta, Rangga
menggunakan diksi ‘saya’ untuk menyebut dirinya, dan ‘kamu’ untuk menyapa orang
lain, hal tersebut terlihat pada tuturan (4) ‘saya nggak pernah ikutan lomba
puisi, apalagi jadi pemenang. Maaf ya
saya lagi baca’ dan (6) ‘Baru saja saya melempar polpen ke muka orang gara-gara
dia berisik di ruang ini. Saya nggak mau polpen itu balik ke muka saya
gara-gara saya berisik sama kamu.’ Rangga menggunakan tuturan yang mengandung
diglosia ragam H yang memiliki fungsi sosial yaitu untuk menciptakan jarak
dengan mitra tuturnya agar dirinya tidak diganggu.
Setting
: di luar perpustakaan.
Deskripsi
Suasana : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis
puisi.
Cinta dan Rangga keluar ruangan.
1.
Cinta : Ngapain di luar? Di sini aja deh.
2.
Rangga : Ya udah deh, cepetan. Mau ngomong apaan?
3.
Cinta : Mading mau mewawancara elo.
4.
Rangga : Buat apa?
5.
Cinta : Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi
taun ini.
6.
Rangga : Tapi saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah
ikutan lomba puisi.
7.
Cinta : Ya,
terserah elo deh. Tapi, menurut jurinya elo yang menang.
8.
Rangga : Ya kalau gitu
wawancara dewan jurinya.
9.
Cinta : Ha? Maksud
elo?
10. Rangga
: Ya, jelas kan kata-kata gue!
11. Cinta
: Jadi elo nggak mau di wawancara nih?
12. Rangga :
Nggak!
Analisis
Rangga menggunakan diglosia ragam bahasa baku
(Ragam H) hanya untuk kata ganti bagi diri sendiri dan kata ganti untuk mitra
tutur, yaitu dengan sapaan ‘saya’ dan ‘kamu’ seperti pada tuturan (6) ‘Tapi
saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah ikutan lomba puisi’. Berbeda
dengan Cinta yang menggunakan kata ganti ‘gue’ dan ‘loe’ untuk menyapa dirinya
dan mitra tuturnya. Cinta sengaja menggunakan ragam tidak baku (Ragam L) karena
dia ingin mengajak Rangga untuk lebih komunikatif dan menjalin kedekatan
sebagai teman sebaya.
Setting
: di sekolahan
Deskripsi
Suasana : Rangga kehilangan buku “Aku” Kusumanjaya.
1.
Krebo :
Men, loe nyari apaan loe men?
2.
Rangga :
Nyari buku, judulnya “Aku.” Lihat nggak?
3.
Krebo :
Gue sih ngertinya komik.
Analisis
Pada tuturan (1) yang diucapkan Krebo ‘Men, loe nyari
apaan loe men?’ merupakan tuturan yang mengandung campur kode antara bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris yakni dengan menggunakan diksi ‘Men’ untuk
menyebut rekan laki-lakinya. Sapaan itu memiliki fungsi sosial untuk menimbulkan
keakraban dan kesan sebagai anak yang dianggap “gaul”.
Setting
:
di kantin.
Deskripsi
Suasana : membicarakan keterlembatan Cinta.
1.
Maura : Loe telat amat sih hari ini?
2.
Cinta : Hai girl?
3.
Maura : Kagak mau on
time. Kenapa sih akhir-akhir ini telat melulu?
4.
Karmen : Tau loe. Predikat bangun siang siang kan punya
gue, Ta?
5.
Maura : Jangan berebut gitu dong. Ketawa sih elo, Ta.
Apaan?
6.
Cinta : Marah ya, predikatnya diambil? Nggak tau gue
akhir-akhir ini. Gue rada-rada nggak bisa tidur gitu, tau nggak sih loe
Analisis
Cinta melakukan tuturan dengan menggunakan campur kode
dengan bahasa Inggris ketika menyapa teman-teman perempuannya yaitu (2) ‘Hai girl?’, tuturan ini memiliki fungsi
sosial yaitu agar ia memiliki kedekatan dengan teman-temannya. Begitu juga yang
terjadi pada Maura, ia juga melakukan campur kode, yakni bahasa betawi dan
bahasa Inggris (3) ‘Kagak mau on time.
Kenapa sih akhir-akhir ini telat melulu?’. Maura menggunakan diksi dari bahasa
Betawi yaitu ‘kagak’ yang berarti ‘tidak’ dan diksi dari bahasa Inggris yaitu ‘on time’ yang berarti ‘tepat waktu’.
Campur kode yang dilakukan Mauren dapat berupa kebiasaan menggunakan kata dalam
bahasa asing yaitu on time yang
memang sudah lazim digunakan untuk menyebut kata ‘tepat waktu’. Selain itu,
diksi ‘kagak’ yang merupakan bahasa Betawi merupakan campur kode yang dilakukan
karena terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitar yang sebagian berbahasa
Betawi, sebab setting tuturan itu berada di Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar