Rabu, 05 Februari 2014

Kalimat Reduksi dan Ekspansi

1.        Kalimat Reduksi

Reduksi adalah suatu bentuk kalimat nonkanonik yang dimarkahi oleh pelesapan konstituen. Konstituen yang lesap adalah konstituen yang memiliki informasi lama (old information). Dilihat dari hirarkinya struktur secara sintaksis terdapat dua jenis pelesapan, yakni pelesapan frasa dan pelesapan klausa.

1)        Reduksi Frasa

a.         Reduksi Frasa Nomina
Reduksi dapat terjadi pada level frasa, yakni adanya pelesapan konstituen inti pada level frasa sebagai bentuk kebermarkahan dari kalimat nonkanonik. Dalam reduksi ini, pada level frasa biasanya terjadi pelesapan frasa nomina. Pelesapan dalam frasa nomina terdiri atas dua jenis, yakni elipsis dan pro-form. Elipsis adalah penghilangan konstituen total pada informasi lama. Sebaliknya, pro-form menunjukkan tidak terjadi penghilangan total, tetapi yang terjadi adalah kebermarkahan frasa nomina dengan kata ganti (pronoun).

Contoh:

(1)     The girl sat down on the floor and Ө watched the TV.
FN
‘Gadis itu duduk di atas lantai itu dan Ө menonton TV.

(2)     My father said he would help you (pro-form).
FN
‘Ayah saya mengatakan bahwa dia akan membantu kamu’

Pada contoh kalimat pertama di atas terjadi pelesapan frasa. Penghilangan konstituen di sana adalah konstituen subjek (S) yang mempunyai informasi lama, yakni berkoreferensial dengan S pada klausa pertama. Sebaliknya, pada contoh kedua terjadi pelesapan frasa nomina pro-form, yakni adanya pemarkah kata ganti he ‘dia’ sebagai informasi lama dari frasa nomina sebelumnya, yakni the girl ‘gadis itu’.

b.        Reduksi Frasa Verba
Frasa verba juga mungkin mengalami pelesapan. Pelesapan ini tentunya karena sudah menjadi informasi lama di dalam struktur kalimat tersebut. Pelesapan frasa verba terjadi pada kalimat majemuk. Pada contoh pelesapan frasa verba di bawah ini kata kerja come ‘datang’ tidak muncul pada klausa kedua karena frasa ini bukan informasi baru lagi.

Contoh:
(3)     You can come with us if you want to
FV
‘Kamu dapat datang dengan kami jika kamu mau‘.

c.         Reduksi Frasa Adverbial
Sama halnya dengan frasa-frasa lain, pelesapan frasa adverbia muncul karena frasa ini sudah menjadi informasi yang lama di dalam susunan kalimat tersebut.

Contoh:
(4)     He was born in Boston and lived there all his life.
F Adv.
‘Dia lahir di Boston dan tinggal di sana sepanjang hidupnya’.

2)        Reduksi Klausa

Reduksi klausa juga mungkin terjadi di dalam suatu kalimat. Klausa-klausa yang mengalami reduksi itu biasanya mengambil bentuk, seperti that, this, atau it. Pada contoh di bawah ini that merupakan bentuk reduksi dari klausa Jill informed the press. Pemarkahan klausa itu menjadi bentuk reduksi disebabkan oleh informasi klausa itu merupakan informasi lama sehingga untuk mempersingkat dan membuat informasi tidak monoton, maka dipilihlah bentuk reduksi itu.

Contoh:
(5)     He says Jill informed the press, but that can be true.
‘Dia mengatakan Jill menginformasikan ke pers, tetapi itu dapat menjadi benar’.


2.        Ekspansi Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal atas satu objek dan satu predikat. Pada hakikatnya kalau dilihat dari unsur unsurnya, kalimat-kalimat dasar yang sederhana, kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu objek dan satu predikat. Kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri dengan pola kalimat dasar.
1)   Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi
(6)   Mahasiswa berdiskusi
S                      P
Kalimat mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat:

Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di Aula
S                                  P                      K

2)   Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat (ramah). Kalimat itu menjadi:
(7)   Dosen itu ramah
S                      P

Kalimat “Dosen itu ramah” dapat diperluas menjadi kalimat:
Dosen itu selalu ramah setiap hari
S                 P                      K

3)   Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu rupiah).
Kalimat selengkapnya adalah:

(8)   Harga buku itu sepuluh ribu rupiah
S                                  P

Kalimat “Harga buku itu sepuluh ribu rupiah” diperluas menjadi:
Harga buku gambar besar itu sepuluh ribu rupiah perbuah
S                                              P

4)   Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (tinggalnya) dan berpredikat frasa depan yang terdiri atas kata depan dan kata benda (di Palembang).
Kalimat ini menjadi
(9)   Tinggalnya di Palembang
S                      P

Kalimat tinggalnya di Palembang dapat diperluas menjadi kalimat:
Sejak dua tahun yang lalu tinggalnya di Palembang bagian selatan
K                                                    S                      P

5)   Pola 5 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (mereka) berpredikat kata kerja
(menonton) dan bersubjek kata benda (film). Kalimat itu menjadi:
(10)    Mereka Menonton Film
S                 P          O

Kalimat mereka menonton film dapat diperluas menjadi kalimat:
Mereka dengan rombongannya menonton film detektif
S                                  P                      O

6)   Pola 6 adalah pola kalimat yang terdiri atas subjek kata benda (paman), predikat kata kerja (mencarikan), objek (O) kata benda (saya) dan pelengkap (pel), kata benda (pekerjaan). Selengkapnya kalimat itu menjadi:

(11)    Paman mencarikan saya pekerjaan
S               P             O      Pel

Kalimat Paman mencarikan saya pekerjaan dapat diperluas menjadi:
Paman tidak lama lagi akan mencarikan saya, keponakan tunggalnya Pekerjaan
S                             P                                  O                                                         Pel

7)   Pola 7 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (Rustam) dan berpredikat kata benda (peneliti). Baik subjek maupun predikat. Keduanya kata benda. Kalimat itu selengkapnya menjadi

(12)    Rustam Peneliti
S                 P
Kalimat Rustam peneliti dapat diperluas menjadi:
Rustam, anak pak camat, adalah seorang peneliti
S                                                     P

Memperluas kata tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Selain sebagian inti (subjek, predikat, objek dan pelengkap) ada juga bagian bukan inti yang memperlengkap makna kalimat. Bagian bukan inti disebut keterangan.
Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlakukan sebagai unsur yang tidak wajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna sendiri.
Contoh:
a.       Mereka membunuh binatang buas itu.
b.      Mereka membunuh binatang buas itu dipinggir hutan.
Meskipun kalimat (a) hanya terdiri atas unsur wajib saja, dari segi makna kalimat itu telah dapat memberikan makna yang utuh. Untuk (a) kita dapati sekelompok orang melakukan perbuatan membunuh terhadap binatang buas. Namun ada keterangan lain yang dapat ditambahkan agar berita yang disampaikan itu mengandung makna yang lebih lengkap. Pada (b) kita telah menambahkan tempat peristiwa pembunuhan itu, yakni di pinggir hutan.
Bahasa Indonesia lazim dibedakan Sembilan macam keterangan, yakni keterangan waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat, perbandingan/kemiripan, sebab dan kesalingan. Perluasan kalimat tunggal dengan penambahan keterangan bentuk terbatas pada penambahan keterangan yang berupa kata atau frasa.

Perluasan kalimat tunggal terdiri dari Sembilan macam keterangan, antara lain:
1. Keterangan Waktu
2. Keterangan Tempat
3. Keterangan Tujuan
4. Keterangan Cara
5. Keterangan Penyerta
6. Keterangan Alat
7. Keterangan Similatif
8. Keterangan Penyebaban
9. Keterangan Kesalingan

1.      Keterangan Waktu
Keterangan waktu menjelaskan dapan saat terjadinya suatu peristiwa. Fungsi keterangan disisi oleh:
(a) kata tunggal (kemarin, lusa, nanti dan sekarang);
(b) Frasa Nominal (pagi-pagi, malam-malam, kemarin, dulu, sebentar lagi dan tidak lama kemudian);
(c) Frasa Profesional yang berkonstruksi:
di/dari/sampai/pada/sesudah/sebelum/ketika/sejak/buat/untuk+nomina tertentu yang berciri (pukul, tanggal, hari, bulan, tahun, zaman, massa, malam, permulaan, akhir pertunjukan, siang bolong dan pagi).

Contoh:
Disaat itu kamu belum lahir
Jatah beras ini untuk bulan depan
Kita pada akhir pertunjukan harus berkumpul dulu.

2.      Keterangan Tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukan tempat terjadinya peristiwa atau keadaan. Berbeda dengan keterangan waktu, keterangan hanya dapat diisi oleh frasa professional. Proposisi yang dipakai, antara lain: di, ke, dari, sampai dan pada. Sesudah proposisi itu terdapat kata yang mempunyai ciri tempat: disini, di sana, di situ, dari sana, dari sini ke mana, dari situ dan sebagainya.
Contoh:
1) a. Dia mengerjakan soal itu sampai pukul lima
b. Dia mengerjakan soal itu sampai nomor lima
2) a. saya akan menemanimu sampai hari Minggu
b. Saya akan menemanimu sampai jembatan gantung pukul lima dan hari minggu

Pada (1.a) dan (2.a) mempunyai ciri semantik yang menyatakan waktu, sedangkan nomor lima dan jembatan gantung pada (1.b) dan (2.b) mengandung cirri tempat. Karena cirri itulah penambahan proposisi sampai menimbulkan keterangan yang berbeda-beda. Tidak mustahil bahwa kedua makna itu terdapat dalam satu frasa yang sama.

3.      Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan arah, jurusan atau maksud perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa proposisional dan proposisi yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk dan buat.
Contoh:
a.         Dia bersedia berkorban demi kepentingan Negara
b.         Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur
c.         Dia memang mempunyai tekad besar untuk merantau.

4.      Keterangan Cara
Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan suatu peristiwa berlangsung. Seperti halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa proposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (sebagian menyatakan kekerapan) adalah, misalnya: seenaknya, semaunya, secepatnya, sepenuhnya dan sebaliknya. Letak keterangan itu pada umumnya sesudah predikat atau objek (kalau ada), tetapi ada juga yang muncul diawal atau akhir kalimat.

Contoh:
Dia berbicara seenaknya dengan atasannya.
Kamu boleh mengambil kue semaumu.
Masalah itu harus diselesaikan secepatnya.

5.      Keterangan Penyerta
Keterangan ini menyatakan adanya atau tidak adanya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Yang pertama dari bentuk keterangan ini adalah kata tunggal sendiri, yang lain adalah bentuk yang berkonstruksi: proposisi dengan, tanpa, bersama, serta, beserta, yang diikuti kata atau frasa tertentu. Kata tertentu itu harus merupakan benda bernyawa atau dianggap bernyawa.
Contoh:

Abraham Lincon sendiri yang menyusun deklarasi itu.
Malam Minggu ini ia duduk sendirian di atas.
Tanpa Istrinya ia menghadiri pesta ini.
Ia berjuang bersama pengikutnya.

6.      Keterangan Alat
Keterangan ini menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan. Pengertian alat disini tidak harus konkret. Wujudnya selalu frasa preposisional yang berasal dari dengan dan tanpa.
Contoh:
Kami ke kantor dengan sepeda ini saja.
Tanpa denganmu, aku pasti tidak berhasil.

7.      Keterangan Similatif
Keterangan similatif menyatakan kesetaraan atan kemiripan antara suatu keadaan, kejadian atau perbuatan, dengan kejadian keadaan dan perbuatan lainnya. Wujud frasanya selalu berawal dari preposisi seperti laksana atau sebagai.

Contoh:
Tekadnya untuk merantau laksana gunung kirang
Bertindaklah sebagai satria sejati!

8.      Keterangan Penyebab
Keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian atau perbuatan disebut keterangan penyebaban. Wujudnya adalah frasa preposisional yang berawal dari karena atau sebab.

Contoh:
Banyak pemimpin yang jatuh sebab wanita
Gaji terasa kurang terus karena inflasi

9.      Keterangan Kesalingan
Bila suatu keterangan menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan secara silih berganti, maka keterangan itu layak untuk disebut sebagai keterangan kesalingan. Wujudnya adalah satu sama lain dan hanya itu.

Contoh:
Kedua anak itu satu sama lain tidak ada yang mau mengalah.
Ketua dan sekretaris organisasi tidak boleh membenci satu sama lain.





DAFTAR PUSTAKA

Swandana, I Wayan. 2011. “Kalimat Bermarkah dalam Bahasa Inggris pada Novel Desecration”. Tesis. Unud.
Perluasan Kalimat Tunggal. http://makalah85.blogspot.com/2009/01/perluasan-kalimat-tunggal.html. (diunduh pada tanggal 6 November 2012 pukul 09.30 WIB).
Penggabungan dan Perluasan Kalimat. http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/penggabungan-dan-perluasan-kalimat.html. (diunduh pada tanggal 6 November 2012 pukul 09.30 WIB).


0 komentar:

Posting Komentar